Tidak Hadirkan Penceramah, Unduh Materi, lalu Diputar
SURABAYA, Jawa Pos − Di ruang siaran Radio Yasmara, tampak bola mata Herry Montaco tak berkedip selama beberapa detik. Bibirnya mengatup tidak berbicara. Pandangannya berfokus pada layar komputer di depannya.
Sesekali, jari telunjuk kanannya mengeklik mouse dan mengarahkan kursor. Herry mempersiapkan lantunan ayat suci Alquran, Syiir Tanpo Waton, dan salawat tarhim yang akan diputar menjelang azan. ”Tak boleh ada yang terlewat,” katanya saat ditemui Minggu (10/5).
Radio Yasmara merupakan singkatan dari Yayasan Masjid Rahmat
g
Lokasi radio yang berfrekuensi di 1152 KHz itu berdampingan dengan Masjid Rahmat, masjid tertua di Surabaya. Alamatnya di Jalan Kembang Kuning Nomor 78−79.
Ramadan tahun ini dilalui dengan cara berbeda oleh radio yang diresmikan pada 1968 itu. Herry menuturkan, menjelang berbuka puasa, Radio Yasmara tidak menghadirkan penceramah secara langsung di studio. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan kondisi pandemi Covid-19.
Alternatifnya, lanjut Herry, radio memutarkan ceramah yang diunduh dari internet. Ada beberapa penceramah yang sering diputar. Ceramah tersebut diputar menjelang duhur, asar, dan magrib.
Durasinya berbeda-beda. Saat duhur dan asar, ceramah yang diputar sekitar sepuluh menit. Lalu, saat magrib sekitar sembilan menit. Hal yang berbeda lainnya adalah jumlah penyiar pada Ramadan tahun ini.
Herry menyebutkan, jumlah penyiar Radio Yasmara berkurang. ’’Kini hanya ada empat penyiar. Sebelumnya, ada tujuh penyiar di radio ini,” katanya. Meski mengalami perubahan, ada satu hal yang tak berubah dari Radio Yasmara. Apa itu? Radio Yasmara masih menjadi pusat relay penanda waktu azan hingga kini.
Setiap lantunan ayat suci Alquran hingga salawat tarhim yang diputar Radio Yasmara sebelum azan berkumandang dinanti masjid-masjid di Jawa Timur. Herry menuturkan, jangkauan radio tersebut hingga Probolinggo. ”Ada cerita orang yang fanatik. Kalau Radio Yasmara belum azan Magrib, ya belum buka,” ucapnya, lantas tertawa.