Siapkan 500 Bed untuk RS Khusus Rujukan
Pemkot Kerja Sama dengan RS Husada Utama
SURABAYA, Jawa Pos – Ketersediaan ruang perawatan yang memadai menjadi persoalan yang belum terselesaikan dalam penanganan Covid-19 di Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengeluhkan soal rumah sakit di Surabaya yang jadi serbuan pasien dari luar Surabaya. Akibatnya, warga Surabaya tidak tertampung di rumah sakit meski positif Covid-19.
Saat bertemu dengan pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jawa Timur kemarin (11/5), Risma berharap ada sistem rujukan yang lebih baik. Dengan demikian, pasien dari luar Surabaya bisa ditempatkan di rumah sakit rujukan setempat.
Pada pertemuan di tenda dekat dapur umum di Taman Surya itu, dibahas pula rumah sakit darurat untuk merawat pasienpasien dengan gejala ringan. Sebab secara umum, 80 persen pasien Covid-19 itu memiliki gejala ringan, 15 persen berat, dan 5 persen sisanya kritis.
Risma menuturkan bahwa rumah sakit darurat khusus itu memang cukup berat. Sebab, tak sekadar merawat pasien. Tapi, juga perlu dipikirkan halhal lain seperti tempat cuci baju, kebersihan, dan lainnya. Pilihannya adalah menggandeng rumah sakit yang memiliki ruangan
Berat Penanganan di ruang isolasi
Kritis Penanganan di ruang isolasi dengan perawatan khusus
cukup besar untuk dijadikan tempat perawatan khusus.
”Kami sudah komunikasi dengan Rumah Sakit Husada Utama guna memaksimalkan gedung Rumah Sakti Husada Utama untuk kita gunakan. Jadi, bahkan ruang atau hall pertemuannya bisa sampai 500 bed,” ungkap Risma usai pertemuan tersebut.
Pemkot akan membantu pengadaan bed tersebut. Tapi, tempat perawatan itu memang akan dikhususkan untuk warga Surabaya. Selama ini, pasien-pasien yang sebenarnya positif Covid19 di Surabaya itu menjalani rawat jalan. Hingga 10 Mei, total ada 150 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang rawat jalan. Yang rawat inap berjumlah 368 orang. Pemkot berkeinginan semua pasien yang positif itu masuk rumah sakit sehingga tak sampai ada penularan.
Yang menjadi persoalan, menurut Risma, keluarga pasien yang terkonfirmasi positif itu bisa dikategorikan orang tanpa gejala
Dirawat inap Dirawat jalan
Dirawat inap Dirawat jalan (OTG). Orang tersebut bisa jadi membawa virus korona jenis baru, tapi dia sendiri tidak merasakan gejalanya. ”Protokolnya harus diikuti,” jelas Risma. Terutama protokol soal rujukan.
Ketua Persi Jawa Timur dr Dodo Anando menjelaskan, sebenarnya rumah sakit di luar Surabaya itu masih memiliki ruang perawatan yang memadai. Hanya, pasien kadang merasa lebih nyaman dan percaya bila dirawat di Surabaya.
”Ini nanti kita buat polanya, seperti yang disampaikan Bu Wali tadi. Bahwa ada jaminan rumah sakit daerah itu tak langsung ke sini semuanya. Surabaya sudah lakukan yang luar biasa. Kami apresiasi pemkot ini,” ungkap dia.
Ketua IDI Surabaya dr Brahmana Askandar menjelaskan bahwa ada belasan rumah sakit di Jawa Timur yang menjadi rujukan. Bisa jadi masyarakat di daerah masih kurang sosialisasi sehingga tak mengetahui rumah sakit rujukan tersebut.