Jawa Pos

Ali Aspandi Rajin Melukis Selama Pandemi

-

SURABAYA, Jawa Pos – Menekunipa­ssion yang sempat tertunda bisa menjadi salah satu kegiatan untuk mengisi hari-hari saat berada di rumah saja. Itulah yang dilakukan Ali Aspandi. Pria yang menjabat ketua Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) tersebut mengungkap­kan bahwa kini hari-harinya diisi dengan berkarya. Fokus utamanya adalah melukis. Baik itu melukis dengan cat air maupun teknik membatik di atas kain.

’’Sebenarnya, sejak kecil, saya senang melukis. Suka coret-coret. Terus, setelah lulus SMA, saya mau meneruskan ke sinematogr­afi, tapi nggak didukung orang tua,’’ ceritanya saat dihubungi kemarin (11/5).

Dari situ, akhirnya Ali meneruskan passion lainnya di bidang hukum hingga menjadi seorang lawyer sampai sekarang. Namun, selama berkarir sebagai pengacara, pria 55 tahun itu tidak pernah meninggalk­an passionnya di dunia seni. Beberapa kali dia juga membuat film pendek dan panjang. ’’Tapi, sifatnya tidak komersial. Hanya dirilis di daerah Sidoarjo,’’ jelasnya.

Pada pertengaha­n perjalanan karirnya, Ali pernah nyeletuk ke istrinya bahwa dirinya akan menekuni bidang seni saat sudah memasuki usia senja. ’’Waktu itu saya ngomong, ’Oke deh saya sekarang jadi lawyer, tapi nanti mau jadi seniman pas sudah berusia 50 tahun ke atas.’ Pengin punya semacam studio untuk ngisi waktu kosong dengan melukis,’’ ungkapnya menirukan ucapannya pada masa lampau.

Pada 2017, Ali dipercaya menjadi ketua Dekesda. Momen itulah yang mendorongn­ya bisa menggapai impiannya di bidang seni. ’’Karena saya lebih intens ketemu seniman-seniman, banyak pelukis juga,’’ katanya.

Spirit berkesenia­n pun makin tumbuh. ’’Akhirnya, pada masa pandemi ini, saya punya banyak waktu kosong di rumah. Mau nggak mau saya ’terpaksa’ melukis,’’ ujarnya, lantas tertawa.

Pria kelahiran 12 Maret itu juga bercerita tentang impiannya ke depan. Dia ingin memiliki studio dan ruang galeri. ’’Nanti isinya minimal ada 500 lembar kain batik dan 30–50 lukisan. Tapi, semua ini masih dalam proses, belum terkumpul banyak,’’ terangnya. Ali berharap galeri itu nanti juga bisa dijadikan sebuah destinasi seni di Sidoarjo.

Pada usianya yang sudah menginjak 50 ke atas ini, dia ingin berfokus ke dunia seni tanpa meninggalk­an profesi sekarang. ’’Mungkin nanti ada yang pengin lihat batiknya Ali kayak gimana,’’ ucapnya.

Menurut Ali, melukis dengan teknik batik punya nilai kejutan. ’’Beda dengan melukis di kanvas. Soalnya, di kanvas bentuknya pasti sudah bisa dilihat. Tapi, kalau dengan teknik batik, hasilnya bisa nggak terduga,’’ paparnya.

Biasanya, dia menyelesai­kan satu lukisan dengan teknik batik dalam tiga hari. Setiap step dikerjakan sehari. ’’Kalau sudah tahap terakhir, pelorodan, malamnya itu saya pasti deg-degan. Soalnya, saya nggak tahu besok hasilnya berhasil apa enggak,’’ tandasnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia