Kirim Bantuan ke Papua Pakai Hercules
Inggrid Asali adalah relawan yang ikut bergerak menggalang dana untuk membantu penanganan Covid-19. Perempuan 24 tahun itu mengajak temanteman alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) angkatan 2013 untuk menjadi relawan. Kini bantuan yang terkumpul sudah terdistribusikan ke 450 rumah sakit dan puskesmas.
KEDIAMAN Inggrid Asali di kawasan Jalan Manyar Kertoasri tidak pernah sepi. Para relawan dari alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) 2013 terlihat sibuk mengepak alat pelindung diri (APD) untuk didistribusikan ke sejumlah rumah sakit dan puskesmas di beberapa kota pada Minggu (10/5). Aktivitas tersebut terus dilakukan dilakukan hampir setiap hari sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia
”Kebetulan bulan puasa, aktivitas kami lakukan dua kali seminggu. Jumat dan Minggu,” katanya.
Sebelum Ramadan, aktivitas kerja untuk pendistribusian bantuan APD dari donasi yang terkumpul dilakukan setiap hari. Meski begitu, penyaluran bantuan APD tetap berjalan dengan lancar. ”Dalam sehari, setidaknya kami kirim bantuan ke 30−35 puskesmas atau rumah sakit di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Ya, Inggrid saat ini berkecimpung sebagai relawan Covid-19. Dalam kesehariannya, perempuan 24 tahun itu bekerja sebagai dokter di salah satu rumah sakit di Gresik. Begitu juga para relawan lainnya.
Inggrid menyatakan tidak menyangka aksi kemanusiaannya mendapat respons positif dari banyak orang. Bahkan, kini banyak teman sejawatnya, alumni FK Unair 2013, yang bergabung dalam gerakan kemanusiaan tersebut.
”Awalnya, enggak kepikiran bakal menggalang dana. Dulu dimulai dari keluarga sendiri yang patungan untuk membeli APD untuk nakes,” jelasnya.
Saat itu, hasil sumbangan dari keluarga sendiri terkumpul Rp 20 juta. Kemudian, dibelikan APD berupa masker bedah maupun N95. Bantuan masker tersebut didistribusikan untuk teman-teman tenaga kesehatan (nakes). Khususnya, di daerah terpencil.
”Saya tawarkan lewat grup WhatsApp. Siapa yang butuh masker? Ternyata, permintaan banyak sekali,” ujarnya.
Inggrid menuturkan, dari curhat para tenaga kesehatan di grup WhatsApp, ternyata banyak yang tidak menggunakan APD lengkap. Padahal, mereka berhubungan langsung dengan pasien yang kemungkinan bisa terkonfirmasi Covid-19. Mereka mengaku terpaksa menggunakan masker kain. Bahkan, ada yang menggunakan popok bayi untuk masker.
”Saking enggak adanya APD, mereka pakai apa saja untuk masker. Saya miris mendengarnya,” katanya.
Kondisi seperti itu banyak terjadi di rumah sakit daerah-daerah terpencil di Indonesia. Termasuk di Jawa Timur. Selain itu, banyak nakes yang bertugas di rumah sakit di Palu, Palembang, Alor, Kalimantan Timur, Sumatera, dan Papua yang mengalami kondisi sama. Khususnya, dokter yang bertugas langsung menangani Covid-19. ”Seperti dokter residen paru, penyakit dalam, anestesi, mikrobiologi, THT, dan radiologi,” ujarnya.
Ya, hal tersebut juga dialami sendiri oleh Inggrid. Saat itu, memang sulit sekali mendapatkan APD. Masker kian langka. Harganya pun meroket tidak keruan. Tidak sedikit juga nakes yang terpaksa memakai masker tak standar. Yakni, masker kain atau masker bedah.
Dari situlah, Inggrid berupaya mengajak teman-teman alumni FK Unair 2013 untuk melakukan gerakan kemanusiaan. Menggalang dana untuk APD nakes. Ternyata, respons dari alumni FK Unair 2013 sangat bagus. Banyak yang bergabung dan membantu penggalangan dana untuk bantuan APD nakes. ”Aksi kemanusiaan itu dimulai pada 18 Maret lalu. Awalnya, saya tangani sendiri. Namun, karena permintaan banyak, saya tidak sanggup sendiri,” katanya.
Putri pasangan Gerard dan Like itu mengatakan, cukup banyak alumni FK Unair 2013 yang bergabung dan aktif membantu penyaluran bantuan dari donasi yang terkumpul. Mulai donasi barang APD hingga uang. Dana bantuan APD yang terkumpul hingga saat ini mencapai Rp 4 miliar. Bantuan tersebut terus disalurkan ke seluruh rumah sakit dan puskesmas rujukan Covid-19 di Indonesia.
”Total sudah lebih dari 450 rumah sakit dan puskesmas yang kami kirimi bantuan APD,” ujarnya.
Inggrid mengungkapkan, aktivitas sebagai relawan dilakukan setelah selesai bekerja sebagai dokter di rumah sakit. Termasuk para relawan lainnya. Setelah selesai bekerja dari rumah sakit, biasanya tim relawan berkumpul di rumahnya. Kemudian, mereka mengurusi dana-dana bantuan yang akan dibelikan APD dan pengiriman ke rumah sakit maupun puskesmas. ”Pulang kerja pukul 16.00, biasanya sampai tengah malam kami lembur mengurusi bantuan APD, pengepakan, dan lain-lain,” kata dia.
Inggrid mengakui, tidak mudah menggalang dana dan mengurus bantuan untuk didistribusikan ke rumah sakit dan puskesmas rujukan Covid-19. Sebab, tim relawan harus mencari barang APD hingga berurusan dengan penimbun masker.
Belum lagi, banyak sekali modus penipuan yang pura-pura telah berdonasi, tetapi meminta uang dikembalikan karena kelebihan transfer. Hal itu tentu membuat tim relawan lebih hati-hati. Sebab, beban dan tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan dari para donatursangatutama.”Jadi,timkami sudah berbagi tugas,” ujarnya.
Belum lagi, banyak penjual APD yang juga menipu. Pernah kejadian, saat pesan hazmat, ternyata barang yang datang tidak sesuai standar dan berbeda dari yang ditawarkan sebelumnya. Namun, berkat pengalaman tersebut, tim relawan semakin berpengalaman dalam mendapatkan APD.
’’Yang jelas, APD yang kami kirim ke rumah sakit dan puskesmas semua sesuai standar,’’ kata dia.
Bantuan APD tersebut, lanjut dia, berupa masker bedah, masker N95, face shield, kacamata goggle, hand sanitizer, dan disinfektan. Ada pula yang memberikan bantuan vitamin.
Belum lagi, masalah pengiriman bantuan ke rumah sakit dan puskesmas di berbagai daerah. Khususnya daerah terpencil seperti Papua. Pengiriman barang harus dititipkan melalui pesawat Hercules milik TNI. ”Kemarin saya kirim ke Papua pakai Hercules. Ribet sekali, penuh perjuangan. Padahal, di sana nakes sangat butuh APD,” kata dia.
Dalam melawan Covid-19, Inggrid mengungkapkan, banyak warga yang sangat baik. Mereka ikut berdonasi APD. Ada juga yang tiba-tiba mengirim barang dalam jumlah besar.
Sementara itu, tim relawan yang sekarang bekerja untuk gerakan kemanusiaan bertambah hingga berbagai kota. Mereka bertugas mencari rumah sakit dan puskesmas sasaran bantuan. ”Bantuan diberikan secara resmi. Permintaan yang masuk untuk bantuan APD juga harus dengan surat resmi,” katanya.