Dilanjutkan tanpa Penonton Undang Pro-Kontra
JAKARTA, Jawa Pos – Belum adanya kepastian kapan kompetisi akan bergulir lagi memang menyulitkan para pelatih dalam menyusun program bagi skuadnya. Karena itulah, beberapa pelatih kemudian memunculkan ide untuk menggelar pertandingan Liga 1 tanpa penonton. Seperti yang sedang direncanakan di liga-liga Eropa dan sudah diterapkan di kompetisi Korea Selatan.
Bahkan, di kawasan Asia Tenggara, Vietnam sudah merencanakan melanjutkan kompetisi pada 15 Juni mendatang tanpa penonton. Hal itu juga rencananya dilakukan di Liga Thailand yang bergulir September nanti. Alasan itulah yang kemudian membuat pelatih Bali United Stefano ’’Teco’’ Cugurra setuju jika Liga 1 tetap dilanjutkan tanpa penonton musim ini.
Menurut dia, opsi tersebut paling realistis untuk Indonesia saat ini. Selain bisa kembali membangkitkan finansial klub, para pemain akan kembali fokus untuk berkompetisi lagi setelah latihan tanpa kejelasan kurang lebih dua bulan terakhir. ’’Mudah-mudahan Juli mendatang situasinya lebih baik di Indonesia. Sehingga Liga 1 bisa digelar walau tanpa penonton,’’ harapnya.
Meski masih menunggu keputusan dari LIB, Teco mengaku bakal mengumpulkan skuad Bali United secepatnya. Rencananya, pada awal Juni, skuad Bali United akan kembali berlatih. ’’Mudahmudahan kondisi kesehatan di Indonesia semakin bagus setiap hari. Sehingga kompetisi dapat dilanjutkan,’’ tuturnya.
Tentu, tidak semua mendukung kompetisi dilanjutkan tanpa penonton. Salah satu yang menolaknya adalah Persiraja Banda Aceh. Menurut Sekretaris Umum Persiraja Rahmat Djailani, tim bakal rugi jika kompetisi dilanjutkan tanpa penonton. Selain tidak ada pemasukan, tim akan sulit mendapatkan izin, terutama untuk daerah-daerah yang mungkin masih menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). ’’Kalau mengambil langkah seperti liga-liga di
Eropa, sebaiknya jangan,’’ ucapnya.
Persiraja mengandalkan tiket pertandingan sebagai salah satu pemasukan yang berguna bagi operasional berkompetisi. Jadi, tidak ada penonton, otomatis Laskar Rencong akan rugi banyak. ’’Klub bisa bangkrut, tidak sanggup bayar gaji, kemudian pemain mengadu ke FIFA. Lalu, kalau begitu, siapa mau disalahkan? Indonesia tidak seperti Eropa, sepak bola belum jadi industri,’’ tegasnya.
Apa yang dikatakan Rahmat dibenarkan Direktur Pengembangan Bisnis PS Tira Persikabo Rhendie Arindra. Menurut dia, pertandingan sepak bola tanpa penonton akan sangat aneh. Lagi pula, kondisi pandemi korona di Indonesia juga belum menunjukkan grafik menurun sampai saat ini. ’’Jadi, lebih baik dihentikan sampai pandemi ini selesai,’’ paparnya.
Soal kompetisi lebih baik tidak dilanjutkan karena pandemi korona belum mereda dibenarkan Manajer Persita Tangerang I Nyoman Suryanthara. Dia menuturkan, persebaran virus korona di Indonesia belum menunjukkan grafik menurun sampai saat ini. Belum menunjukkan gejala akan selesai.