Pipa Utama Bocor, Ribuan Pelanggan Kesulitan Air
Dirut PDAM Janjikan Perbaikan Tidak Sampai Dua Hari
SURABAYA, Jawa Pos − PDAM dan Humas Pemkot Surabaya mengumumkan agar warga cepat-cepat menampung air kemarin siang. Sebab, pipa induk dengan diameter 1.000 milimeter bocor lantaran terkena tiang pancang proyek pembangunan Kampus UINSA di daerah Gunung Anyar. Kasus serupa pernah terjadi di Purimas, Gunung Anyar, Maret lalu. Pipa induk PDAM juga terkena tiang pancang pembangunan masjid
Lokasinya tidak jauh dari titik kebocoran kemarin. Sama-sama di Surabaya Timur.
Kala itu, setengah warga kota mengalami krisis air karena proses perbaikan pipa terkendala hujan dan peralatan. Dikhawatirkan, hal tersebut kembali terjadi di tengah pandemi Covid-19. Dirut PDAM Mujiaman Sukirno memantau langsung proses perbaikan pipa itu kemarin. Dia juga didampingi Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rahmawati yang tinggal tak jauh dari lokasi kebocoran. ”Kalau yang Purimas dulu perbaikan butuh empat hari karena banyak kendala. Mudah-mudahan yang ini paling lama dua hari,” ujar Mujiaman kemarin.
Sebelum terkena tiang pancang, pihak UINSA sebenarnya sudah berkoordinasi dengan PDAM dan Pemkot Surabaya. PDAM membantu pendeteksian pipa dengan berbagai teknologi. Namun, saat proyek berjalan, peristiwa yang sudah diantisipasi itu tetap saja terjadi.
Tak lama kemudian, Wali Kota Tri Rismaharini menelepon Mujiaman. Wali kota menanyakan mengapa bisa terjadi kebocoran lagi. Selain itu, dia meminta agar pelaksana proyek bertanggung jawab atas kelalaian tersebut. ”Itu risiko dia. Suruh bayar dia,” ujar Risma dari balai kota.
Risma juga meminta agar PDAM mempercepat penanganan pipa itu. Sebab, pada masa pandemi, orang sangat butuh air bersih. Bukan hanya rumah tangga, melainkan juga rumah sakit dan puskesmas.
Mujiaman menerangkan bahwa alat yang digunakan saat ini lebih besar dan canggih ketimbang alat yang dipakai di
Purimas Maret lalu. Karena itu, dia yakin perbaikan bisa lebih cepat. ”Kami belajar dari kebocoran Purimas yang lalu,” ujar alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Hingga kemarin PDAM masih belum bisa mengetahui titik kerusakan yang terjadi. Sebab, alat berat masih menggali lokasi di sekitar kebocoran. ”Itu patah atau tembus belum ketahuan,” kata Mujiaman.
Aning yang ikut sidak ke lokasi mengaku heran. Sebab, pemilik proyek sebenarnya sudah menjalankan proses perizinan sesuai aturan. Jika pekerjaan dilakukan sesuai dengan gambar yang telah diberikan PDAM, seharusnya hal itu tidak terjadi. ”Seharusnya, ada tes hole dan pemberian markah supaya pekerja tidak salah menggali,” jelas alumnus Teknik Lingkungan ITS itu.