Jawa Pos

Batal Mudik, Catat Resep Opor Masakan Ortu

-

SURABAYA, Jawa Pos – Mendekati Lebaran, para pekerja di Surabaya hanya memiliki dua pilihan. Nekat mudik dengan konsekuens­i yang dijatuhkan masing-masing daerah atau bertahan di Surabaya dan merayakann­ya dari jauh.

Kegalauan itulah yang kini dihadapi para perantau. Misalnya, yang dialami salah seorang karyawan Endang Lestari. Keinginann­ya untuk bertemu keluarga dalam waktu dekat harus ditahan. Hal yang sama dilakukan banyak karyawan lain di Surabaya.

Kebijakan pelarangan mudik akibat Covid-19 membuat dia harus bertahan sementara waktu di Surabaya

”Biasanya seminggu sebelum Lebaran mulai libur. Langsung pulang ke Blitar,” ujarnya.

Kini keinginan itu terpaksa dia pendam. Meskipun sebenarnya dia bisa juga pakai cara nekat. ”Sebenarnya, bisa pakai motor. Namun, ada pertimbang­an lain. Saya takut dikarantin­a,” jelasnya.

Memang di kampung halamannya, pengawasan bagi para perantau cukup ketat. Orang tuanya mewanti-wanti sejak jauh-jauh hari. ”Pak RT sering datang ke rumah, memastikan saya tidak mudik. Bapak dan Ibu juga bilang begitu, enggak usah pulang dulu,” katanya.

Meski harus menahan kangen, dia menyadari bahwa merayakan Lebaran di kampung berisiko. Apalagi Surabaya menjadi salah satu episentrum persebaran Covid-19.

”Paling nanti lewat telepon dan video call saja. Sedih jelas iya, baru pertama ini tidak pulang ke kampung halaman selama ini. Biasanya, minimal sebulan sekali pasti menyempatk­an pulang,” ujar Endang.

Namun, serangkaia­n agenda untuk memaksimal­kan Lebaran sudah disiapkan. Salah satunya memasak masakan yang selalu jadi suguhan keluarga. Yakni, opor ayam dan sambel goreng kentang.

Dia mengatakan, resep rahasia dari sang ibu sudah dicatat. Kesibukann­ya di masa Lebaran akan dihabiskan untuk memasak. ”Meskipun rasanya pasti berbeda dengan ibu saya, tetapi hal itu bisa sedikit mengobati kangen saya,” ujar perempuan yang kini tinggal di kawasan Gubeng itu.

Di tempat kosnya memang kini hanya dia sendiri yang tersisa. Penghuni lain yang mayoritas merupakan anak kuliah sudah pulang sejak penerapan kuliah daring. Praktis, kondisi itu tidak jarang membuat dia jenuh.

Sementara itu, Wakil Koordinato­r Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M.

Fikser mengatakan, pihaknya sejak jauh hari mengimbau agar para perantau di Surabaya tidak mudik. Hal itu diperkuat dengan surat edaran dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i yang sudah dilayangka­n kepada pengusaha. ”Apalagi di setiap checkpoint ada pemeriksaa­n yang ketat,” katanya.

Karena itu, lanjut dia, lebih baik tidak balik ke kampung halaman. Sebab jika nekat pulang, mereka juga akan diisolasi. ”Di daerah memang sudah disiapkan seperti itu sebagai protokol pencegahan,” katanya.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa tidak ada cuti bersama yang diberikan. Praktis, libur Lebaran hanya dua hari. Itu pun jatuh pada Sabtu dan Minggu. ”Semua ASN di lingkungan Pemkot Surabaya juga dikerahkan dalam penanganan Covid-19,” katanya.

Kemudian, pengawasan juga melibatkan pengurus RT dan RW. Harapannya, para perantau di Surabaya tidak pulang dulu hingga pandemi berakhir.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia