Jawa Pos

Dibacakan oleh Ibu, Anak Langsung Nyantol

Keke si Masker, Hana si Hand Sanitizer, Sasa si Sabun Cuci, Kak Arina, dan Virus Korona menjadi tokoh utama dalam dongeng Perlindung­an Diri dari Virus Korona. Karakterny­a dibuat hidup, lucu, dan berwarna. Supaya anak-anak tertarik dan gampang memahami.

- NURUL KOMARIYAH,

Jawa Pos

PERKENALAN Keke si Masker dan Hana si Hand Sanitizer bermula di sebuah taman baca masyarakat (TBM). Saat itu, Keke baru saja dilepas dari wajah Kak Arina, salah seorang petugas TBM. Dia lantas diletakkan di atas meja, di samping Hana yang berbentuk botol hand sanitizer. Malu-malu, keduanya saling memperkena­lkan diri. Lantas, lambat laun akrab satu sama lain.

Selaku masker, Keke menjelaska­n bahwa dirinya saat ini tidak hanya berfungsi melindungi wajah Kak Arina dari debu. Tetapi, juga menjaga manusia dari penularan virus korona

Dengan ekspresi antusias dan wajah lucu merah jambunya, Keke si Masker berkisah. Bahwa virus korona telah membuat banyak manusia sakit. Dengan disertai demam, batuk, dan sesak napas.

Cuplikan perkenalan itu ada dalam episode 1 dongeng digital berjudul Perlindung­an Diri dari Virus Korona. Ide jalan cerita dan tokoh-tokohnya merupakan besutan Novita Rully Anggraeny dan Vegasari Yuniati. Keduanya merupakan pegiat literasi sekaligus bekerja di Dinas Perpustaka­an dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya.

Novita menjelaska­n, gagasan membuat dongeng itu timbul di sela-sela waktu luang selama work from home (WFH). ”Aku sama Vega kebetulan sekantor. Sistemnya sehari kerja di kantor, sehari kerja di rumah. Nah, kadang kalau pas di kantor itu bingung mau berbuat apa,” katanya kepada Jawa Pos kemarin.

Karena itu, terpikirla­h membuat cerita buat sumbangsih edukasi kepada anak-anak. Bagi Novita, menyusun cerita untuk anak-anak bukanlah sesuatu yang baru. Tahun lalu dia sempat terlibat sebagai salah satu penulis cerita bergambar (cergam) Seri Surabaya dalam Imajinasi yang merupakan program dispusip. Dongeng korona dibuatnya bersama Vega melalui diskusi. Mulai tokoh, penokohan, alur, hingga amanat atau pesan cerita.

Salah satu niat utamanya adalah untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai bahaya atau dampak yang ditimbulka­n virus korona jenis baru itu. Lewat cara yang menyenangk­an sekaligus mudah dipahami. Mereka pun menyusun dongeng tersebut dalam tiga episode yang dikeluarka­n secara bertahap. Siapa pun bisa mengunduh dan mengakses gratis dongeng digital itu.

”File-nya bisa diunduh dari media sosial. Kami juga bagikan di grup WhatsApp guru TK, grup TBM. Juga ke bibit penulis anak maupun bibit pendongeng Surabaya,” katanya.

Bahkan, lanjut Novita, ada salah seorang ibu dari Bali yang minta file-nya untuk dibacakan buat anaknya.

Setelah menuntaska­n naskah cerita untuk tiga episode, Novita dan Vega melakukan beberapa kali revisi. V e gabah kan membacakan dongeng dengan suara nyaring kepada buah hatinya, Devandra Rayyan Sudibyo, 3. ”Waktu itu bentuknya masih berupa draf tanpa gambar, aku bacakan ke anakku dengan teknik read a loud. Dari situ bisa tahu misalnya ada alur yang enggak nyambung,” ungkap perempuan yang dikenal dengan nama pena Vegamoon itu.

Bukan hanya jalan cerita yang menjadi perhatian mereka. Melainkan juga soal EYD hingga tanda baca. Mereka tidak segan mencoreti dan merevisi bagianbagi­an yang tidak tepat secara kebahasaan. ”Memang dipikirkan sampai sedetail itu. Karena bagian dari tanggung jawab moral. Kami berdua saling melengkapi. Aku sangat concern dengan EYD dan tanda baca. Novita jago membuat kalimat sederhana yang khas anak-anak,” terangnya.

Dia menambahka­n, dongeng digital itu juga merupakan perwujudan misinya bersama Novita. Selain mengedukas­i anak-anak tentang virus baru yang penularann­ya sangat cepat, mereka juga membawa pesan lain. Yakni, ajakan untuk orang tua agar menyempatk­an mendongeng kepada buah hatinya di rumah. Dia sendiri sudah merasakan manfaatnya. ”Kita mungkin mikir, hanya bacain nyaring masak paham anak usia 2 tahun. Ternyata, mereka bisa merekam kata-kata baru. Anakku sudah sangat paham apa itu korona, mengapa harus sering cuci tangan. ”Read a loud itu murah, yang penting komitmen. Apalagi di Surabaya banyak fasilitas layanan baca,” imbuhnya.

Selain Novita dan Vega, ada satu sosok lagi yang juga turut andil dalam mengekseku­si dongeng digital tentang korona. Dia adalah Shafira Utami yang membuatkan ilustrasi untuk tokoh-tokoh di dalam cerita. Selain masker, hand sanitizer, dan Kak Arina, ada juga karakter

Sasa si Sabun Cuci. Juga karakter Virus Korona berupa bola hijau yang dipenuhi duri dan deretan gigi tajam.

Shafira mengaku mengusung konsep ekspresif dan imajinatif. Dengan dominasi warna-warna cerah nan hangat. Misalnya, oranye, tosca, ungu, dan cokelat muda. Ilustrasi untuk satu episode bisa dituntaska­n dalam kurun waktu dua pekan di selasela aktivitas kuliah online.

”Inspirasin­ya dari film Toys Story, di mana karakter mainan bisa bicara saat dia sedang sendiri atau lagi enggak ada manusia. Pewarnaan dan proses sketching saya kerjakan manual,” terang mahasiswa semester VI DKV ITS itu.

 ?? NOVITA FOR JAWA POS ?? UNTUK ANAK-ANAK: Novita Rully Anggraeny, penulis cerita. Dia juga pegawai di Dispusip Surabaya.
NOVITA FOR JAWA POS UNTUK ANAK-ANAK: Novita Rully Anggraeny, penulis cerita. Dia juga pegawai di Dispusip Surabaya.
 ?? VEGASARI FOR JAWA POS SHAFIRA FOR JAWA POS ?? MUDAH DIPAHAMI: Vegasari Yuniati sempat menguji cerita dengan mendongeng ke anaknya.
SANG ILUSTRATOR: Shafira Utami menggunaka­n warna cerah nan hangat agar anak-anak betah mengikuti cerita.
VEGASARI FOR JAWA POS SHAFIRA FOR JAWA POS MUDAH DIPAHAMI: Vegasari Yuniati sempat menguji cerita dengan mendongeng ke anaknya. SANG ILUSTRATOR: Shafira Utami menggunaka­n warna cerah nan hangat agar anak-anak betah mengikuti cerita.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia