Mulai Hari Ini, Kembali Terima Spesimen Covid-19
Hindari Penumpukan, Terapkan Zonasi Pemeriksaan
SURABAYA, Jawa Pos – Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya sudah bisa menerima kembali spesimen Covid-19 untuk diteliti. Sebelumnya, mereka tak menerima spesimen selama 12–17 Mei. Sebab, spesimen yang perlu diperiksa sudah overload.
Kepala Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan BBTKLPP Joko Kasihono mengatakan, spesimen yang masuk pada masa itu dilimpahkan ke rumah sakit dan laboratorium Institute of Tropical Disease (ITD) Unair, RSUD dr Soetomo, dan RS Saiful Anwar Malang. ”Biar semuanya dapat diperiksa. Jadi, yang masuk itu dilimpahkan ke tempat lain,” ucapnya kemarin (17/5).
Selama itu, BBTKLPP memeriksa spesimen yang menumpuk tersebut. Total yang diperiksa selama enam hari itu mencapai 2.300 spesimen. Hingga kemarin, pemeriksaan masih kurang 200 spesimen. ”Sisanya itu sudah diekstraksi semua. Tinggal pembacaan dengan mesin PCR. Normalnya dengan satu mesin itu dua ribuan selesai 20 hari,” paparnya. ”Tapi, kami upayakan selesai malam ini. Kan ketambahan mesin PCR dari BPOM,” imbuhnya.
Menurut Kepala BBTKLPP Surabaya Rodisi Roslan, mulai hari ini berlaku pemeriksaan secara zonasi. Beberapa kabupaten di Jatim dijadikan satu badan koordinasi wilayah (bakorwil) ”Di jatim ada lima. Kami kebagian dua bakorwil,” ungkap pria lulusan Master of Public Health Australia tahun 2005 itu. Yakni, Bakorwil Bojonegoro dan Jember. Meski begitu, spesimen dari provinsi lain seperti Bali, NTB, dan NTT tetap diterima.
Di Surabaya sendiri, sudah ada beberapa lokasi yang bisa memeriksa spesimen Covid-19. Di antaranya, RSUD dr Soetomo, ITD Unair, RS Premier, National Hospital, RS Siloam, RS PHC, dan RS Adi Husada Undaan Surabaya. Menurut dia, pembagian zonasi itu sangat meringankan pemeriksaan yang sebelumnya tertumpu di BBTKLPP dan ITD Unair.
Selama Lebaran, BBTKLPP tetap buka. ”Laborat kami buka. 24 jam 7 hari,” tegas pria yang pernah menempuh magister hukum di Universitas Bung Karno itu. Nanti petugas dibagi menjadi dua sif. Ada 12 hingga 15 orang dalam satu sif. Untuk sif malam, khusus mengerjakan ekstraksi ribonucleic acid (RNA) yang didominasi pegawai laki-laki. ”Sif pagi mengerjakan unboxing, ekstraksi juga, mixing, dan RT-PCR,” jelasnya.
Dedi mengaku telah melayangkan surat kepada Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kemenkes. Surat itu, kata dia, dilayangkan untuk minta relawan analis kimia, kesehatan, dan laboratorium sebanyak lima orang untuk ditempatkan di sif malam. Namun, hingga saat ini, pihaknya belum mendapatkan jawaban.