Pasar Kupang Gunung Kembali Beroperasi
Pedagang-Pembeli Wajib Pakai Masker
SURABAYA, Jawa Pos – Pasar Kupang Gunung kembali dibuka kemarin. Sebelumnya, pasar tersebut ditutup selama 14 hari. Ratusan pembeli terlihat mengerubungi pedagang pasar yang berada di Jalan Putat Jaya tersebut. Pedagang dan pembeli tampak mematuhi aturan. Yakni, mengenakan masker.
Pukul 8 pagi, ratusan pembeli dan pedagang tumpah ruah di pasar. Masing-masing menggunakan masker. Mayoritas masker kain yang juga banyak dijual di lokasi itu. Warga yang nekat tidak memakai masker langsung mendapat peringatan dari petugas satpol PP yang berjaga di depan pasar. ’’Ayo, Mas. Mas, sing nggowo sepeda motor digawe maskere,’’ ucap salah seorang petugas.
Yang ditegur langsung ciut. Langsung balik arah kembali pulang. ’’Lak gak nggowo iso tuku ndek iku, Mas,’’ tambah petugas sambil menunjuk penjual masker yang menggelar lapak di seberang pintu pasar.
Direktur Teknik dan Usaha Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) Muhibuddin mengungkapkan, aturan menggunakan masker tersebut harus ditegakkan. Dengan memakai masker, orang bisa melindungi diri sendiri dan tidak menularkan virus kepada orang lain.
Muhibuddin menyatakan, pedagang maupun pembeli di beberapa pasar saat ini sudah saling mengingatkan tentang penggunaan masker. Salah satunya Pasar Kapasan. Di wilayah tersebut, pedagang dan pembeli langsung menegur jika ada yang tidak memakai masker. ’’Cara pembeli menegurnya dengan tidak membeli di pedagang yang mokong,’’ ucapnya.
Sementara itu, pedagang juga tidak sungkan menegur pembeli yang lupa memakai masker. Bahkan, mereka menolak melayani pembeli tersebut. Langkah saling menjaga itu bisa menjadi contoh bagi pasar lainnya. Dengan begitu, persebaran Covid-19 bisa ditekan. Caranya, semuanya saling mengingatkan tentang protokol kesehatan.
Upaya tersebut, menurut Muhibuddin, lebih efektif ketimbang harus menutup pasar atau membatasi pembeli yang masuk. Dua cara itu sudah dilakukan. Hasilnya, tidak banyak perubahan. Justru timbul masalah baru.
Pasar yang ditutup, misalnya. Beberapa pedagang di pasar yang ditutup seharusnya mengisolasi diri secara mandiri di rumah selama 14 hari. Namun, kenyataannya tidak begitu. Sebagian pedagang malah memilih berjualan di pasar lainnya.
Demikian pula halnya dengan rencana pembatasan pembeli yang masuk ke pasar. Misalnya, maksimal 100 pembeli masuk dalam satu waktu, sedangkan sisanya menunggu di luar pasar. Pembeli yang menunggu akhirnya menumpuk. Physical distancing pun tidak terjadi. Malah umpel-umpelan.
Disinggung soal rencana penutupan pasar lagi, Muhibuddin mengatakan bahwa hingga kemarin belum ada. PDPS juga tidak akan memilih opsi itu lagi. Kecuali, dari hasil pemeriksaan memang ada klaster baru. ’’Misalnya, saat diperiksa, hasilnya yang positif banyak,’’ ucapnya. Kemudian, dari hasil itu juga ada persebaran di dalam pasar. Maka, opsi wajib menutup pasar akan kembali diterapkan.