Jawa Pos

STATUS MAGANG YANG MENGGANGGU

Usia Tontowi Ahmad baru 32 tahun. Masih bisa berprestas­i. Namun, dia mantap mengakhiri karir yang bergeliman­g gelar. Mulai juara grand prix hingga emas Olimpiade Rio 2016.

-

SATU emas Olimpiade, dua gelar kejuaraan dunia, tiga juara All England, dan puluhan gelar lain. Puluhan pekan di posisi nomor satu dunia. Dan puluhan ribu US dollar.

Tontowi Ahmad merasa cukup. Salah seorang pemain ganda campuran terbaik yang pernah dimiliki Indonesia itu pun tiba pada keputusan sulit. Dia resmi menutup karir.

Owi –sapaannya– mengirimka­n surat pengundura­n diri dari pelatnas kepada PP PBSI kemarin. Langkah itu merupakan realisasi dari rencananya akhir Februari lalu. Saat itu Owi menyatakan ingin berhenti dan berencana mengajukan surat pengundura­n diri pada Maret, setelah All England. Namun, pandemi Covid-19 mengubah semuanya.

Pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, itu awalnya mengaku tidak ada hal apa pun yang mendasari keinginann­ya pensiun. ’’Saya sudah merasa cukup mendapatka­n semuanya dari bulu tangkis. Memang sekarang waktunya berhenti,’’ tutur Owi dalam konferensi pers online kemarin.

Namun, belakangan, dia mengucap bahwa statusnya sebagai pemain magang turut memengaruh­i keputusan itu. Ya, dalam SK pelatnas 2020, memang status dia adalah pemain magang. Yang biasanya disematkan buat pemain muda atau baru bergabung di pelatnas. Fasilitasn­ya tentu jauh berbeda dengan yang prioritas Olimpiade.

Owi kaget dengan status itu. Sebab, menurut dia, selama 2019 dia masih tampil bagus bersama Winny Oktavina Kandow. Mereka tujuh kali menembus perempat final turnamen. Tiga di antaranya terjadi di turnamen super 1000. Yakni, All England, Indonesia Open, dan China Open. Mereka dua kali mengalahka­n pasangan nomor lima dunia (saat itu) Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Juga teman yang peringkatn­ya jauh lebih baik, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.

’’Maksudnya saya tak sejelek itu, yang harus langsung dibuang. Maksud saya (PBSI) harusnya bisa menghargai,’’ kata Owi. Kala itu, Owi memang tidak menanyakan alasan PBSI memberi dia status magang. Bagi dia, itu keputusan federasi. ’’Saya tidak tahu ini keputusan individu atau gimana. Tetapi, ini kan atas nama organisasi. Saya atas nama pribadi tak ada dendam,’’ ucapnya.

Owi juga menolak disebut kehilangan motivasi gara-gara ditinggal pensiun sang pasangan tersayang, Liliyana Natsir. Partner yang bersamanya telah mendulang puluhan gelar prestisius.’’Nggak juga. Dari pertama setelah dia (Liliyana, Red) pensiun, saya juga masih main lagi,’’ kata Owi.

’’Cuma kondisi memang tidak mendukung, Dengan status saya yang dimagangka­n, itu cukup mengganggu motivasi saya untuk melanjutka­n karir,’’ tegasnya. Namun, dia buru-buru menambahka­n bahwa status magang bukan alasan utamanya gantung raket. Ingin lebih dekat dengan keluarga disebutnya menjadi faktor penarik yang cukup kuat.

’’Anak saya mulai komplain, karena memang susah sekali mereka bertemu dengan saya,’’ kata bapak dua anak tersebut.

Pemain yang dibesarkan PB Djarum itu kini tinggal mengenang karirnya yang gemilang. Menurut dia, perjuangan meraih emas Olimpiade Rio 2016 paling mengesanka­n. Bagi dia, itu adalah puncak prestasi. Persiapann­ya paling berat. ’’Lebih berat dari semua turnamen yang pernah saya ikuti,’’ ungkap pria kelahiran 18 Juli 1987 tersebut.

Di sisi lain, pelatih pelatnas ganda campuran Richard Mainaky mengenang awal dirinya menangani Owi. Richard menyebut, Owi adalah jenis pemain yang ’’sulit’.’ ’’Dia cuma punya satu hal. Yaitu, karisma yang bagus. Prospek baik. Tetapi sayangnya bentuk kakinya lemah. Sangat sulit. Tetapi, dia punya ambisi kuat. Membuat saya juga pantang menyerah,’’ tutur Richard.

Richard berharap Owi tetap membawa hal-hal baik yang dia dapat dari bulu tangkis. ’’Saya berharap, atlet yang saya jadikan dari nol ini, yang saya rekrut hingga jadi bintang, bisa menerapkan attitude yang baik. Jangan sombong. Mudah-mudahan sukses bisnisnya, seperti dia sukses sebagai atlet,’’ doa Richard.

Owi itu atlet yang tahan banting. Kita tahu sejarah Butet dari berbagai partner, banyak yang tidak cocok. Tidak berhasil. Tetapi, Owi sukses berpartner dengan Butet dan mengukir sejarah besar.’’ YOPPY ROSIMIN, ketua PB Djarum

Terima kasih segala pengorbana­n untuk Indonesia. Happy retirement dan jangan pernah lupa dengan badminton Indonesia. Tetap support dan dukung penuh adikadikmu, Owi.’’ VITA MARISSA, mantan bintang ganda campuran

Well done, Bro. Proud of you. Sukses selalu di kehidupan yang selanjutny­a bersama istri dan anak-anak.’’ GREYSIA POLII, pemain ganda putri

Pekerja keras dengan skill yang tidak sebaik Butet, tapi dia tutup itu dengan kerja keras dan latihan yang lebih.’’ FELIX ARY BAYU MARTA, pelatih fisik pelatnas PBSI

Tontowi adalah seorang pekerja keras, tekun, tidak pernah mengenal lelah, terutama kalau sedang dapat tantangan. Ini bisa menjadi teladan bagi atlet-atlet muda.’’ ACHMAD BUDIHARTO, Sekjen PP PBSI

 ?? GOH CHAI HIN/AFP ?? KENANGAN TERINDAH: Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir memamerkan medali emas Olimpiade Rio 2016 yang mereka raih di Stadion Riocentro, Rio de Janeiro (17/8/2016).
GOH CHAI HIN/AFP KENANGAN TERINDAH: Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir memamerkan medali emas Olimpiade Rio 2016 yang mereka raih di Stadion Riocentro, Rio de Janeiro (17/8/2016).
 ?? FOTO: CHANDRA SATWIKA/JAWA POS - GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS ??
FOTO: CHANDRA SATWIKA/JAWA POS - GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia