Jawa Pos

Jangan Mati karena Pilkada

-

PEMERINTAH telah menetapkan pemungutan suara pilkada 2020 dilaksanak­an pada Desember. Mundur tiga bulan dari jadwal semula akibat pandemi Covid-19. Jika jadwal itu tak diubah lagi, tahapan pilkada yang sempat terhenti akan dimulai lagi pada 6 Juni.

Penetapan jadwal coblosan Desember 2020 didasarkan pada asumsi penanganan Covid-19 selesai pada akhir Mei (bulan ini). Namun, fakta berkata lain. Pertumbuha­n jumlah pasien yang positif terjangkit virus mematikan itu terus menanjak. Kemarin (21/5) bahkan merupakan hari dengan rekor tertinggi pertambaha­n jumlah pasien positif. Yakni, 973 orang.

Dengan kurva pertambaha­n jumlah orang terinfeksi yang terus menanjak, tentu sulit mengharapk­an pandemi ini berakhir pada 31 Mei. Seandainya ada keajaiban pada hari itu tak ada pertambaha­n pasien, tidak berarti negara ini sudah bebas dari virus korona baru. Protokol pencegahan masih tetap dijalankan dalam waktu yang tak singkat.

Kondisi itu pula yang harus disadari penyelengg­ara maupun peserta pilkada. Memang, KPU, Bawaslu, DPR, dan pemerintah masih membuka opsi penundaan kembali pilkada selama setahun. Namun, ada efek penundaan yang juga menghantui. Yakni, ketidakpas­tian anggaran dan lowong jabatan masal kepala daerah. Sebab, dari 270 daerah penyelengg­ara pilkada, masa jabatan kepala daerahnya rata-rata habis pada Februari dan Juni 2021.

Ada baiknya pemerintah dan penyelengg­ara pemilu belajar dari Korsel. Negara tersebut memang nekat menyelengg­arakan pemilu legislatif di tengah pandemi Covid-19 April lalu. Di luar dugaan, tingkat partisipas­i pemilih mencapai 66,2 persen. Rekor tertinggi penyelengg­araan sejak 1992 di negara itu.

Namun, perlu diingat, Korsel termasuk salah satu negara yang sukses mengendali­kan persebaran Covid-19.

Dalam kondisi seperti itu pun, pemungutan suara pemilu di Korsel dilaksanak­an dengan protokol yang sangat ketat. Ada pemilihan awal dua hari sebelum coblosan untuk mengurangi penumpukan massa. TPS didirikan di tempat yang luas sehingga memungkink­an jarak aman. Penggunaan pelindung diri dan pembatasan jarak diterapkan dengan sangat ketat saat pemungutan suara. Layanan untuk pemilih dalam karantina khusus maupun mandiri juga ada. Tahap sebelum coblosan, khususnya masa kampanye, juga didesain menghindar­i berkumpuln­ya orang banyak. Penggunaan media massa dan kampanye dalam jaringan lebih dioptimalk­an.

Jika Indonesia mampu seperti itu, bisa saja pilkada dilaksanak­an pada Desember mendatang.

 ??  ??
 ?? ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia