Jawa Pos

Beri Pelukan Terakhir sebelum Berpisah Selamanya

Banyak keluarga yang terpisah karena kebijakan karantina yang diterapkan pemerintah untuk menanggula­ngi wabah Covid-19. Kisah antara Gail Baker dan Christine Archer menjadi pengecuali­an. Mereka berhasil membuat keajaiban dan bersua sebelum salah seorang d

- Jawa Pos MOCHAMAD SALSABYL ADN,

PERJALANAN yang ditempuh Christine Archer tak sebentar. Dari Sydney, ibu kota New South Wales (NSW), Australia, dia duduk di kursi penumpang menuju kota pesisir Bowraville, sepanjang 490 kilometer. Namun, lelahnya seakan meleleh saat dia tiba di halaman rumah Gabriel Baker, sang adik.

’’Saya tak bisa menjelaska­n dengan kata-kata,’’ ungkap dia kepada Australian Broadcasti­ng Corp (ABC) usai memeluk Baker Rabu lalu (20/5).

Bagi pensiunan perawat dari Selandia

Baru itu, perjalanan beberapa jam tersebut sepele jika dibandingk­an dengan penderitaa­n yang dialami beberapa minggu ini. Selama itu, dia sudah berusaha mewujudkan reuni pertama mereka dalam enam tahun terakhir. Selama itu pula dia beberapa kali ditolak aparat Australia.

Reuni kali ini lebih penting dari saatsaat biasa. Pasalnya, Baker sudah divonis menderita kanker rahim stadium akhir sejak Maret lalu. Dokter sudah mewantiwan­ti, hidupnya tinggal hitungan minggu.

Archer menerima kabar memilukan tersebut saat berada di kapal pesiar Vasco da Gama. Saat itu dia langsung meminta untuk bisa turun bersama penumpang Australia lainnya di Australia Barat. Rencananya dia melakukan isolasi mandiri di sana selama dua minggu, lalu pergi ke NSW.

Namun, permintaan itu ditolak. Dia terpaksa melakukan karantina pertamanya di Selandia Baru. Semenjak itu, Archer maupun Baker beberapa kali meminta pengecuali­an kepada pemerintah Australia. Permintaan itu ditolak empat kali. ’’Saya berpikir apakah pemerintah Australia sama sekali tak punya rasa kasihan. Ada beberapa hal yang perlu diberi toleransi seperti kasus kami,’’ ujar Archer.

Di Australia, Baker lebih tersiksa. Dia harus melalui masa-masa sulitnya sendiri. Erica Peterson, putri semata wayang Baker, tak bisa menemaniny­a sepanjang waktu. Dia harus bolak-balik dari rumah Baker dan rumahnya sendiri di Uralla. Jarak mereka ratusan kilometer. ’’Pikiran saya terbelah antara mengurus ibu dan tiga anak saya.”

Harapan bagi kedua saudara itu muncul setelah media Australia mulai memberitak­an tentang kesulitan mereka. Pemerintah Australia yang awalnya menolak pada akhirnya memberikan izin. Namun, mereka tak mau menjelaska­n apa yang membuat mereka berubah pikiran.

Menurut Associated Press, Archer akhirnya tiba di Australia dan hanya perlu melakukan karantina selama seminggu. Padahal, warga asing biasanya diwajibkan untuk mengisolas­i diri selama minimal dua minggu.

 ?? AUBC VIA AP ?? MOMEN PENGHABISA­N: Christine Archer (kanan) menangis bersama Gail Baker saat mereka bertemu di Bowraville, Australia, Rabu (20/5).
AUBC VIA AP MOMEN PENGHABISA­N: Christine Archer (kanan) menangis bersama Gail Baker saat mereka bertemu di Bowraville, Australia, Rabu (20/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia