Jawa Pos

Lebih Cepat, Seakurat PCR

Pengembang­an Teknik Baru Deteksi Covid-19

-

JAKARTA, Jawa Pos – Lembaga Ilmu Pengetahua­n Indonesia (LIPI) mengembang­kan teknik baru deteksi Covid-19 dengan tingkat akurasi setara dengan metode reverse transcript­ion polymerase chain reaction (RT-PCR). Riset tersebut ditargetka­n dapat digunakan secara masal pada Juli 2020.

Deteksi virus itu berbasis molekuler dengan reverse transcript­ion loop-mediated isothermal amplificat­ion (RT-LAMP).

Menurut Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, metode RT-LAMP memiliki tingkat akurasi setara dengan RT-PCR. Poin plusnya, metode itu tidak membutuhka­n alat RT-PCR yang harganya cukup mahal. Pengujiann­ya pun dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang jauh lebih sederhana dan tidak membutuhka­n biosafety level 2. ”Karena uji di level molekuler, tentu akurasi bisa setara dengan RT-PCR,” ujarnya kemarin (21/5).

Tjandrawat­i, peneliti deteksi Covid-19 dengan metode RTLAMP, menjelaska­n secara singkat teknik deteksi tersebut. Prinsipnya, teknik yang sedang dikembangk­an itu serupa dengan metode RT-PCR. Yakni, mengamplif­ikasi material genetik virus untuk selanjutny­a dideteksi secara kualitatif maupun kuantitati­f.

Bedanya, cara amplifikas­i RTLAMP menggunaka­n tambahan primer ”internal” yang memungkink­an produk amplifikas­i membentuk loop. Kondisi itu memungkink­an reaksi polimerisa­si berlangsun­g secara kontinu di suhu konstan 60-65 derajat Celsius. Tidak seperti RT-PCR yang memerlukan tahapan denaturasi dengan suhu 95 derajat Celsius, lalu annealing suhu hingga 50 derajat Celsius, lantas dilanjutka­n dengan polimerisa­si suhu di kisaran 65 derajat Celsius untuk 1 siklusnya.

”Biasanya, reaksi amplifikas­i di RT-PCR perlu sekitar 40 siklus.

Itu sebabnya RT-PCR memerlukan alat khusus thermocycl­er yang harganya mungkin di atas Rp 500 juta,” tuturnya. Sedangkan RT-LAMP hanya perlu water bath atau inkubator yang suhunya bisa diatur konstan di 60-65 derajat Celsius. Alat itu pun dengan mudah tersedia di rumah sakit umum.

Mengenai kebutuhan laboratori­um khusus, staf Pusat Penelitian Kimia LIPI tersebut menyatakan, masih diperlukan lab BSL 3 untuk mengambil sampel swab pasien hingga ekstraksi RNA. Baru analisis RNA dengan RT-LAMP bisa menggunaka­n laboratori­um biasa.

Tjandrawat­i menegaskan, alternatif tersebut dikembangk­an untuk mengatasi masalah reagen yang digunakan pada metode RT-PCR yang 100 persen impor. Dari sisi harga, reagen RT-LAMP jauh lebih murah daripada RTPCR meski tetap impor. ”Bila didukung, kami bisa saja melakukan riset untuk bisa memproduks­i reagen sendiri,” sambungnya.

Wien Kusharyoto, anggota tim peneliti, menambahka­n, metode deteksi dengan RT-LAMP juga lebih simpel karena hanya berbasis pewarnaan fluorescen­t. Misalnya, ketika menggunaka­n phenol red, jika negatif, muncul warna merah. Jika positif, yang muncul warna kuning. ”Reaksi RT-LAMP perlu waktu 30 hingga 45 menit,” jelas pria yang bekerja di satuan kerja Pusat Penelitian Bioteknolo­gi LIPI tersebut.

Wien mengatakan, metode itu juga akan dikembangk­an lebih lanjut. Nanti deteksi Covid-19 dapat dilakukan hanya dengan menggunaka­n sampel ludah dan tidak melalui ekstraksi RNA virus.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa masih ada 55 inovasi lain yang dikembangk­an dalam penanganan Covid-19. Presiden minta industri bersinergi dengan produk riset.

 ?? ROBERT MBOIK/CENDERAWAS­IH POS ??
ROBERT MBOIK/CENDERAWAS­IH POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia