Kampung Maspati Bangun Lumbung Pangan Darurat
SURABAYA, Jawa Pos - Sejumlah warga Kampung Lawas Maspati, Bubutan, tampak sibuk di perpustakaan kampung kemarin. Sebagian menghitung sembako, sebagian menyerahkannya kepada warga yang butuh bantuan. Perpustakaan kampung untuk sementara diubah menjadi lumbung darurat. Warga yang berlebih menyumbangkan sembako untuk warga lain yang membutuhkan. Terutama warga yang tak ber-KTP Surabaya.
Salah seorang yang menerima bantuan itu adalah Joko Susanto, warga Kampung Maspasti Gang V yang berasal dari Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat (NTB). Joko merupakan satu dari ratusan orang yang tidak terdata dalam bantuan. Sebab, identitas kependudukannya masih sesuai dengan asal kelahiran
”Saya kerjanya di Margomulyo dan nggak bisa mudik. Tapi, ya tidak papa,” ujarnya setelah mengambil paket sembako.
Dia sangat berterima kasih atas bantuan tersebut. Sebab, bantuan itu dia dapat dari sumbangan seluruh warga Maspati yang dirupakan bahan pokok kebutuhan primer. ”Alhamdulillah, banyak ini itemnya. Ini menunjukkan kalau kampung itu kompak,” ujar pria yang sudah 21 tahun bekerja di Margomulyo itu. Selama Lebaran besok, dia akan tetap berada di rumah kontrakannya hingga selesainya pandemi Covid-19. ”Di sini juga seperti kampung sendiri,” ungkapnya.
Ketua RW VI Sabar Swastono menyatakan, ada 150 paket sembako yang memang ditujukan untuk warga yang belum mendapat bantuan. Dia menyatakan, hal itu dilakukan setelah melalui musyawarah bersama dengan seluruh pengurus RT di naungan RW VI. Setelah disepakati, seluruh warga RW VI bersama-sama membantu warga yang belum menerima bantuan. ”Ya, ada yang sumbang satu sak beras. Ada juga yang berupa uang. Seikhlasnya ini,” ujarnya.
Untuk menampung seluruh bantuan itu, pihaknya menyulap perpustakaan RW menjadi posko gotong royong lumbung darurat Covid-19. Dengan demikian, imbuh dia, seluruh pembagian dilakukan di posko tersebut. Tentu, dengan tetap melakukan protokoler kesehatan dan pembatasan jarak.
Sabar mengaku, ketika mengetahui ada beberapa warganya yang belum menerima bantuan, pihaknya tidak langsung melakukan protes terhadap Pemerintah Kota Surabaya. Namun, memusyawarahkan hal itu dan mencari alternatif solusinya. Sebab, kata dia, warga kampung semestinya harus menjadi garda depan dalam perekat dan ketahanan ekonomi sebuah wilayah. ”Kan data dari RT ada. Nah, itu yang kami evaluasi. Setelah itu, diputuskan untuk urunan,” jelasnya.