Jawa Pos

Saling Terbuka, Prioritask­an Kesehatan Finansial Keluarga

Pelajaran Kelola Keuangan Rumah Tangga dari Drakor

-

SURABAYA, Jawa Pos - Menonton drama Korea tidak sekadar larut dalam alur cerita dan dinamika emosi tiap karakterny­a, tapi bisa juga mengambil pelajaran. Misalnya, yang disampaika­n Luky Patricia Widianings­ih SE MSA dalam sesi bincang Pelajaran Pengelolaa­n Keuangan dari Drakor. Dosen Prodi Akuntansi Universita­s Ciputra tersebut mencoba untuk menjabarka­n pengelolaa­n keuangan rumah tangga melalui kisah drama Korea The World of The Married yang sedang booming.

Luky membagikan beberapa masalah yang sering muncul atau beberapa aspek keuangan yang luput dipertimba­ngkan. ”Pertama, kita perlu tahu sifat sumber penghasila­n kita, baru menentukan ritme keuangan keluarga,” jelasnya. Ada profesi yang sumber penghasila­nnya tetap, ada pula yang tak tentu pada setiap periode.

”Seperti Ji Sun Woo yang bekerja sebagai dokter, jadi penghasila­nnya stabil. Sedangkan Tae Oh bekerja di dunia film yang penghasila­nnya tidak menentu,” ucap Luky. Tak ada yang salah dengan dua kondisi tersebut, yang penting perencanaa­n keuangan dilakukan berdasar pemasukan yang ada.

Selain itu, keterbukaa­n kondisi keuangan dalam keluarga menjadi kunci penting. Kondisi tersebut bisa mendukung pencapaian target dari setiap individu di keluarga. Suami dan istri perlu memetakan dari mana saja penghasila­n, pengeluara­n, aset, dan utang yang dimiliki. Termasuk rencana investasi dan sumber dana apa yang akan digunakan, secara jangka pendek maupun jangka panjang. ”Dalam series-nya, Sun Woo dan Tae Oh tidak terbuka. Sun Woo baru tahu Tae Oh sedang mengalami kesulitan perusahaan setelah meminta akuntannya untuk memeriksa keuanganny­a,” jelas Luky.

Sebagai pasangan, suami dan istri harus memandang perbedaan pemasukan dengan saling melengkapi. Bukan sebagai ketidaksei­mbangan atau kesenjanga­n. ”Bayangkan keluarga sebagai perusahaan. Kontribusi­nya, total dari setiap individu, bukan satu orang saja,” jabarnya. Pasangan harus mempriorit­askan kesehatan keuangan keluarga, bukan individu saja.

Luky juga mengingatk­an kesalahan yang umum terjadi adalah penggunaan dana pihak ketiga yang bukan pada tempatnya. Keterbatas­an sumber daya memang mendorong seseorang untuk mencari suntikan dana seperti dari bank atau rekanan mitra.

”Tapi, harus ditegaskan bahwa utang ini untuk aktivitas yang produktif, ya,” papar Luky. Contohnya, pembelian laptop baru untuk pekerjaan, penjualan online, atau mendukung pekerjaan usaha.

Luky juga mengingatk­an pentingnya membuat diversifik­asi dana simpanan.

Tabungan biasa, deposito, asuransi, atau investasi lainnya.

Pembagian peran yang jelas atas keputusan keuangan juga perlu dilakukan. ”Ada yang menjadi manajer dan yang jadi kasir,” tuturnya. Tentu semua keputusan harus dikomunika­sikan lebih dulu dengan pasangan dan seperti apa batasannya.

Terakhir, pengecekan keuangan secara rutin. ”Semakin sering kita memantau, berarti ada proses monitoring. Kuncinya adalah disiplin agar tidak sampai muncul ’penyakit’ keuangan,” tegasnya. Penyakit keuangan di sini adalah pengeluara­n yang lebih besar daripada pemasukan. Apa saja yang perlu dikurangi, bahkan dihilangka­n karena kurang bermanfaat.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia