Jawa Pos

Rapid dan Swab Test Berkala untuk Perawat

Cegah Kasus Nakes Meninggal Terjadi Lagi

-

SURABAYA, Jawa Pos – Perawat sebagai salah satu pejuang kemanusiaa­n dalam melawan Covid-19 termasuk paling rentan tertular. Selama masa pandemi, para perawat turut berisiko terpapar virus. Belakangan terbukti, sejumlah perawat meninggal karena positif Covid-19.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Jawa Timur mencatat, sampai saat ini, ada empat perawat di Surabaya yang gugur dengan status positif Covid-19. Di Jawa Timur (Jatim), total ada 47 perawat.

Ketua DPW PPNI Jatim Prof Nursalam menjelaska­n, perawat pertama yang meninggal berasal dari puskesmas di Tuban (klaster TKHI Asrama Haji). Lalu, seorang perawat dari Siloam Hospitals Surabaya. Menyusul kemudian perawat dari RS Royal Surabaya yang tengah hamil 5,5 bulan, Ari Puspita Sari. Yang terakhir, salah seorang perawat RSUD dr M. Soewandhie yang dinyatakan meninggal pada Rabu (20/5), Suhartatik.

Suhartatik mengeluhka­n demam dan mual sejak sekitar sepuluh hari sebelum berpulang. Pada Senin (18/5) atau dua hari setelah dirawat di ruang isolasi RSUD dr M. Soewandhie, almarhum mengalami sesak napas dengan saturasi oksigen turun. Dia pun dirujuk ke RS Husada Utama untuk diberi alat bantu pernapasan atau ventilator. Namun, dua hari berselang, nyawanya tidak tertolong.

’’Beberapa di antara mereka itu justru tidak ditugaskan di ruang isolasi Covid-19. Misalnya, yang dari RS Siloam itu, almarhumah sebagai konselor dan manajer. Selain itu, yang dari RS Royal, dia bertugas di pelayanan umum. Begitu pula perawat Suhartatik yang seharihari ditempatka­n di Unit Stroke RSUD dr M. Soewandhie,’’ terangnya.

Nur menegaskan, ada beberapa hal yang perlu segera diperbaiki supaya tidak terusmener­us terjadi kecolongan. Pihaknya mengusulka­n agar para perawat diberi layanan rapid test dan swab secara berkala. Sebab, meski tidak bertugas di UGD maupun ruang isolasi pasien Covid-19, mereka tetap memiliki risiko besar untuk tertular.

Setiap hari mereka bertemu dengan pasien dan tidak tahu kondisi pasien itu membawa virus atau tidak. Jadi, semua perawat di RS harus dipastikan memakai APD lengkap. Beban kerja perawat juga sangat berat sampai dinas malam. Itulah yang harus menjadi perhatian. ’’Kami usul kesejahter­aan perawat honorer dan kontrak ditingkatk­an. Misalnya, pemberian insentif penuh,’’ tuturnya.

Menurut dia, rapid test bagi semua perawat dan petugas medis, terutama yang menangani pasien korona, perlu segera dilakukan. ’’Perlu saya laporkan, dari klaster TKHI Asrama Haji, ada sekitar 47 perawat yang positif dan sebagian masih dirawat di RS. Belum lagi klaster perawat yang berdinas di pelayanan,’’ tegasnya.

Dengan segera melakukan rapid test masal, bisa diambil langkah dan tindakan lebih cepat untuk memutus rantai persebaran.

Selain itu, pemberdaya­an perawat pondok kesehatan desa (ponkesdes) di desa diperlukan. Mereka diharapkan bisa lebih aktif melaksanak­an peran promotif, preventif, dan skrining sebagaiman­a arahan pemerintah. Yang tidak kalah penting, PPNI juga mendorong terciptany­a regulasi demi menghapus stigma dan diskrimina­si bagi perawat yang terjangkit­i Covid-19.

’’Sejauh ini kami rasa ada partisipas­i aktif perawat dalam kebijakan yang dibuat satgas Covid-19. Kami memiliki lebih dari 75 ribu anggota perawat yang tersebar di 38 kab/kota di Jatim sebagai kekuatan dalam melawan Covid-19,’’ jelasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia