Dalam Sehari Arsyad Bisa Jual 300 Botol Susu
Aktivitas Para Pemain Bola ketika Liga 1 Berhenti
Susah jadi pemain kalau liganya berhenti dan gaji dipotong seperti sekarang. Kami bukan PNS. Pusing kalau tidak ada kompetisi. Ngelu, Mas!’’
ARSYAD YUSGIANTORO Pemain sayap PSS Sleman
Diliburkannya Liga 1 karena pandemi korona berdampak besar bagi kehidupan Arsyad Yusgiantoro. Pendapatannya berkurang drastis. Dia kemudian mencoba menjalankan bisnis sampingan yang ternyata hasilnya lumayan. Bisa mencukupi kehidupan keluarga sehari-hari.
MATAHARI baru saja terbangun dari tidurnya ketika Arsyad Yusgiantoro sudah memindahkan beberapa jenis susu jeli aneka rasa dari wadah besar ke dalam ratusan botol di hadapannya. Botol-botol itu dikemas sedemikian rupa. Sesuai dengan pesanan yang masuk pada hari sebelumnya. Dengan cermat, pria 23 tahun itu memastikan pengemasan yang dilakukan sudah tepat dan pembeli bisa merasakan susu aneka rasa tersebut dengan higienis ketika berbuka puasa Rabu lalu (20/5).
Ya, kesibukan melakukan pengemasan itu sekarang menjadi kesibukan winger PSS Sleman tersebut di kediamannya di daerah Gondang, Tulungagung. Jualan susu jeli aneka rasa menjadi bisnis barunya bersama sang kakak, Cahya Kusuma Anggriawan, dan sang istri, Qismatul Qusna. Bisnis yang dilakukan untuk menutupi kebutuhan selama pandemi korona mewabah.
Sama halnya dengan pesepak bola lain, Arsyad adalah salah seorang korban terhentinya kompetisi Liga 1. Gajinya di PSS terpaksa dipotong dan hanya dibayarkan selama 25 persen hingga Juni. ’’Itu sampai Juni. Bulan selanjutnya belum tahu apakah masih gajian atau tidak. Kompetisi tak jelas begini,’’ paparnya.
Sejauh ini, kelanjutan kompetisi sepak bola di tanah air memang masihgelap.Adawacanakompetisi dihentikanjikapersebaranvirusko
ronabelumjugameredadalamwaktu dekat. Jika itu terjadi, para pemain terancam berhenti gajian sampai diputarlagikompetisimusimbaru.
Ketika kompetisi mulai dihentikan, Arsyad sempat bersabar hidup dengan gaji yang dipotong. Tapi, dia sadar sekarang sudah punya istri. Tentu gaji yang tak seberapa itu tidak cukup untuk hidup berdua. Apalagi, pemain asal Tulungagung itu masih punya tanggungan menghidupi orang tuanya.
Sempat menerima beberapa endorse untuk tambahan pemasukan, Arsyad merasa hal tersebut belum cukup. Maklum, dia tidak mematok tarif tinggi untuk koleganya yang ingin meng-endorse dirinya. ’’Kebetulan kakak saya yang guru SD juga terdampak korona. Tidak ada kegiatan. Dia ngajakin bisnis susu ini. Akhirnya saya iyakan,’’ ungkapnya.
Arsyad tidak punya pengalaman berbisnis. Dia hanya bermodal nekat. Di pikirannya, tambahan pendapatan harus dicari. Dapur harus terus mengepul. ’’Susah jadi pemain kalau liganya berhenti dan gaji dipotong seperti sekarang. Kami bukan PNS. Pusing kalau tidak ada kompetisi. Ngelu, Mas!’’ katanya, lantas tertawa.
Mantan pemain Gresik United itu mengaku sang kakak yang berperan banyak dalam bisnisnya. Bahan utama, yakni susu, didapat dari sang kakak secara langsung. ’’Dia tinggal di daerah pegunungan.