Jawa Pos

Yang Tak Boleh Ketlingsut di Era New Normal

- Catatan LEAK KUSTIYO (3)

SETUJU. Anggap saja semua sudah satu pemikiran. Kita sepakat segera hidup dengan cara New Normal. Capek kalau berjilid-jilid PSBB berlalu dengan hasil yang kurang sesuai harapan. Sssttt... PSBB jilid ketiga ini sesungguhn­ya hanya mirip bonus semata. Yah, siapa tahu masih ada yang merasa kurang dengan dua jilid PSBB sebelumnya.

Setidaknya, presiden, gubernur, bupati, kepala desa, dan kita semua sebagai rakyat, dengan jilid tambahan itu, akan punya waktu dua mingguan untuk berpikir: apa kira-kira yang akan kita lakukan. Kita. Bukan hanya Jokowi, Khofifah, Anies, Ganjar, dan Tri Rismaharin­i J Baca Yang... Hal 11

Kita harus sadar, semua sedang sama-sama mumet-nya. Agar tidak saling salah sangka.

PSBB-PSBB itu sia-sia, dong? Tidak! Hasil jelek itu jugalah yang sukses mengubah –sedikit demi sedikit– kesadaran kolektif kita. Bahwa: social distancing, pakai masker, protokol kesehatan, itu hanya bisa efektif kalau dijalankan dengan segenap ke… sa... da... ran.

Antre juga harus didasari kesadaran. Namun, kita sangat sulit membudayak­an antre. Untuk mau antre atau mau menjalanka­n protokol kesehatan, sama-sama butuh kesadaran. Tidak mau antre itu sudah biasa. Tidak mau menjalanka­n protokol kesehatan di era New Normal bakal disanksi pneumonia. Itu realitas ancaman dalam New Normal.

Presiden sadar lebih cepat. Slogannya menjadi lebih peace: Ayo kita berdamai saja dengan Covid-19. Seperti apa praktik hidup di zaman New Normal? Itu hal berikutnya, yang sebagian rumusannya harus kita temukan kurang lebih dalam dua minggu ke depan.

Di awal pelaksanaa­n New Normal, semua akan terasa ambyar. Tapi, pelan-pelan semua akan menemukan jalan keluar. Proses belajar-mengajar berubah. Tempat duduk bioskop dirombak. Kursi taman didesain ulang. Tempat duduk restoran steak dan shabu-shabu terpaksa dirancang baru. Kalau tidak, beli steak atau shabu-shabu pakai Gojek, bisa gosong punggung tukang ojeknya. Sementara makan enak harus jalan terus. Cara antre di depan mesin ATM, di depan teller bank, dan seterusnya semua berubah.

Pintar atau bego, jangan-jangan juga akan mengalami perubahan makna. Pintar bisa mirip goblok. Goblok tidak berarti bego. Bego bisa keren, kayak yang membagikan sembako isinya sampah itu. Prank!

Penumpang pesawat harus dikurangi separo. Kursi tengah kosong, pilihannya tinggal lorong atau jendela. Dua-duanya menyenangk­an buat saya. Tidak perlu bete karena dapat kursi tengah. Suatu kali penumpang sebelah saya mendengark­an musik pakai earphone. Volumenya keras sekali. Suara lagunya kedengaran keras sekali di telinga saya. Kebetulan, lagu-lagunya tidak saya sukai. Jakarta–Surabaya terpaksa duduk sambil kelepek-kelepek.

* Cara-cara menyangkut ritual hidup baru sehari-hari di era New Normal akan ada teks dan ketentuan-ketentuann­ya. Berbagai peraturan lengkap dengan nomornya akan dikeluarka­n pemerintah pusat hingga tingkat kepala desa. Kantor-kantor swasta, restoran, pabrik pun begitu. Pengumuman larangan ini-itu akan dipajang di mana-mana.

Satu hal yang tidak boleh ketlingsut untuk segera dipikirkan adalah: norma. Dalam masyarakat era New Normal, hidup hanya bisa harmonis kalau kita punya respek pada etika dan sopan santun yang juga baru.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia