Dimulailah Berdamai dengan si Supervirus
TITAH Presiden Jokowi untuk berdamai dengan supervirus Covid19 mulai direalisasi. Menkes Terawan mengeluarkan panduan pencegahan dan pengendalian Covid-19 di perkantoran serta industri. Tujuannya, mendukung keberlangsungan dunia usaha pada situasi pandemi.
Langkah vivere pericoloso, menyerempet bahaya, itu memang jadi pilihan pahit yang perlu. Mengingat, dampak pelambatan produktivitas bangsa bisa berujung instabilitas pula. Kondisi ruwet itu dapat makin mempersulit penanganan Covid-19. Bila pandemi Covid19 ini hujan deras, kita mesti siap menerobosnya. Agar kehidupan bisa berjalan sewajarnya.
Kepmenkes No HK 01.07/Menkes/328/2020 itu memformat ulang bagaimana kita berkantor dan bekerja dalam industri. Keadaan akan benar-benar berbeda. Berbagai protokol kesehatan bakal diterapkan. Termasuk bagaimana menangani dan memantau risiko penularan di tempat kerja. Ada klasifikasi pajanan (peristiwa penularan) rendah, sedang, dan tinggi.
Intinya, kalau keputusan bertanggal 20 Mei 2020 itu diterapkan sungguh-sungguh, semua akan membuat cara kita bekerja sangat berbeda. Lebih memakan waktu dan space dalam menuruti prosedur. Tidak bisa seefisien di ”zaman normal”. Dan perusahaan juga dianjurkan tak bekerja 24 jam. Kalau bisa, ditiadakan sif malam hingga pagi. Kalau tidak bisa, diupayakan agar pekerjanya berusia di bawah 50 tahun.
Panduan itu memang rumit. Hingga asupan makanan pekerja pun diatur, termasuk pemberian buah bervitamin C. Pelaksanaannya secara ketat akan berdampak panjang. Hingga ke kemampuan daya saing produksi nasional. Sebab, efisiensi dan efektivitas kerja perlu diperlonggar demi protokol baru itu.
Tetapi, kita punya riwayat gampang bosan dengan aturan baru. Seperti yang kita lihat dalam kedisiplinan selama pembatasan akibat Covid-19. Begitu banyak ketidakdisiplinan terpampang dengan berbagai alasan. Karena itulah, perlu diantisipasi bisa panduan tersebut tak seindah teksnya alias banyak diabaikan.
Kalau panduan itu sebagai petunjuk bagi kegiatan di garda depan, yakni perkantoran dan dunia usaha, yang perlu disiapkan lebih kuat adalah benteng terakhirnya. Yakni, tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Jangan sampai mereka kewalahan menangani dampaknya yang mungkin jauh lebih besar ketimbang kondisi sekarang.
Bagaimanapun, peningkatan mobilitas manusia akan meningkatkan risiko penularan Covid-19, seberapa ketat pun panduan protokolnya. Penularan pasca pelonggaran, seperti di Tiongkok, Eropa, dan Amerika, perlu menjadi pelajaran. Tak mudah berdamai karena virus Covid-19 jelas tidak mau.