Jawa Pos

Jangan Senang Dulu

PBSI Belum Bisa Susun Prioritas

-

JAKARTA, Jawa Pos – Sabtu lalu (23/5) BWF merilis jadwal tur yang baru. Dibuka dengan Hyderabad Open pada 11–16 Agustus mendatang. Turnamen-turnamen yang tertunda pada awal tahun gara-gara pandemi virus korona baru dimasukkan. Ditambah jadwal yang tersisa sejak tur berhenti pada pertengaha­n Maret, kalender menjadi sangat, sangat, sangat padat.

Turnamen tertunda yang akhirnya mendapat jadwal baru, antara lain, Lingshui China Masters (super 100), India Open (super 500), dan Malaysia Open (super 750). Namun, ada juga yang akhirnya benar-benar tidak dilaksanak­an. Seperti Singapore Open (super 500) dan Swiss Open (300). Namun, tanpa turnamen yang dibatalkan pun, kalender sudah penuh.

Namun, meski jadwal turnamen sudah diumumkan, Kabidbinpr­es

PP PBSI Susy Susanti belum terlalu yakin. Dia melihat situasi saat ini belum kondusif. Grafik infeksi di Indonesia masih terus naik. Alhasil, pihaknya belum bisa mengambil langkah konkret terkait pengumuman jadwal tersebut.

’’Kami masih harus melihat situasi dan kondisinya dulu ya,’’ ucap Susy ketika dihubungi kemarin. Pertama, mereka akan mengadakan meeting internal. Lalu, mereka juga harus melihat kondisi dari negara yang jadi penyelengg­ara turnamen.

’’Kalau tidak salah, kita ditolak oleh 63 negara. WNI tidak boleh masuk. Kami belum tahu apakah ada dispensasi untuk atlet elite,’’ paparnya. ’’Ini yang akan dirundingk­an ke depan. Situasi ini belum normal. (Jadwal pun) masih perkiraan,’’ imbuhnya.

Namun, yang jelas, padatnya jadwal membuat pengiriman pemain ke turnamen-turnamen ikut berubah. Melihat skala prioritas masing-masing. Dia belum bisa memastikan mana saja yang menjadi prioritas. Semua masih harus dibicaraka­n lagi dengan pelatih dan pengurus.

Mantan tunggal putri terbaik dunia itu menjelaska­n, pengiriman ke turnamen bergantung kebutuhan atlet. Misalnya, perlu berapa turnamen untuk menjaga peringkat. ’’Lalu juga dilihat dari segi persiapan atletnya sendiri seperti apa. Selain itu, negara penyelengg­aranya aman atau tidak untuk didatangi nanti,’’ papar peraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

’’Intinya, jadwal itu masih kirakira. Secara praktik masih bisa berubah. Kami masih matangkan sikap mau ke mana dan proaktif bertanya ke BWF,’’ sambungnya.

Masalahnya, pemain elite yang berada di peringkat 15 besar dunia punya kewajiban terjun di sejumlah turnamen tertentu. Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi mengatakan, dengan kondisi seperti saat ini, mewajibkan mengikuti turnamen bukan hal yang baik dilakukan.

Bisa terkesan seperti pemaksaan. Tetapi, jika sudah diputuskan, pihaknya tetap siap-siap saja.

’’Kalau untuk prioritas turnamen mana saja yang akan diambil, itu belum ada keputusan. Karena jadwal terdekat itu Agustus. Tetapi, itu juga belum pasti kan,’’ kata Herry IP, sapaannya. ’’Dengan kondisi seperti ini, semua negara terdampak. Persiapan juga terkendala,’’ lanjutnya.

Meski begitu, Herry tetap menyiapkan anak asuhnya untuk selalu siap kapan pun. Dalam situasi karantina, ditambah bulan puasa, jadwal latihan memang hanya sekali sehari. Ini berdampak pada fisik pemain. Tetapi, secara teknik, mereka tidak memiliki kendala.

’’Misalnya benar dimulai Agustus, masih ada beberapa bulan lagi. Sebenarnya dari kemarin juga sudah siap. Tinggal kondisi fisiknya

aja sih yang paling kelihatan,’’ jelas Herry. ’’Diberi waktu satu bulan juga siap lagi,’’ pungkas pelatih 57 tahun tersebut.

 ?? OLI SCARFF/AFP ?? SEBULAN CUKUP: Marcus F. Gideon (kiri) dan Kevin S. Sukamuljo tampil di final All England (15/3). Prioritas turnamen untuk mereka menunggu situasi.
OLI SCARFF/AFP SEBULAN CUKUP: Marcus F. Gideon (kiri) dan Kevin S. Sukamuljo tampil di final All England (15/3). Prioritas turnamen untuk mereka menunggu situasi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia