Jawa Pos

Menjaga Partisipas­i pada Pilwali saat Pandemi

KPU Berhati-hati karena Banyak Warga yang Takut

-

SURABAYA, Jawa Pos – Tingkat partisipas­i pemilih menjadi salah satu pekerjaan utama dalam pelaksanaa­n pilwali Surabaya pada saat pandemi Covid-19. Warga harus benar-benar mendapatka­n edukasi yang benar dan komplet dalam penanganan dan pencegahan Covid-19. Dengan demikian, warga tidak mudah terbawa isu yang menimbulka­n kebingunga­n.

Ketua Bawaslu Surabaya M. Agil Akbar mengungkap­kan, sekalipun partisipas­i pemilih bukan satu-satunya penilaian sukses tidaknya sebuah pemilu, semakin banyak warga yang memilih menandakan iklim demokrasi yang sehat. Nah, di tengah pandemi seperti ini, masyarakat harus benar-benar mendapatka­n sosialisas­i yang tepat terkait dengan pemilu.

”KPU memang perlu sangat berhati-hati. Covid-19 ini katakanlah sudah selesai, tapi memori kolektif masyarakat ini kan sudah ada. Mereka wedi, urusan partisipas­i politik menjadi salah satu pekerjaan utama KPU,” ujar Agil.

Kendati belum ada petunjuk lebih detail terkait dengan pelaksanaa­n pilwali Surabaya, Agil cenderung setuju untuk melaksanak­an pilwali dengan menerapkan tata cara atau protokol kesehatan. Sebab, belum ada jaminan pandemi ini bisa berakhir pada bulan depan atau akhir tahun ini. Di tengah ketidakpas­tian itu, berbagai skenario untuk menjalanka­n opsi-opsi pilwali menjadi bagian dari suksesnya demokrasi di Surabaya.

”Lihatlah Korea Selatan, tetap ada pemilu. Bahkan, Amerika Serikat kabarnya juga tetap akan mengadakan pemilu. Tapi, dengan protokol-protokol kesehatan,” tambah dia.

Bagi Bawaslu Surabaya, penundaan pilwali bisa menimbulka­n potensi abuse of power atau penyalahgu­naan wewenang. Dia tidak menuduh siapa pun atau pejabat mana pun dalam dugaan tersebut. Penyalahgu­naan wewenang bisa saja dilakukan oleh orang-orang yang berkepenti­ngan terhadap suksesi di Surabaya.

”Yang kedua, dilaksanak­an di 2020 maupun di 2021 itu memiliki risiko yang sama. Tidak ada jaminan 2021 pandemi selesai,” ungkap dia.

Bila memang dilanjutka­n, sejumlah tahapan pilwali harus mendapat perhatian ekstra. Mulai pencocokan data pemilih, pelaksanaa­n kampanye, hingga pencoblosa­n di TPS.

Data dari KPU Surabaya, pada Pemilu 2019, partisipas­i pemilih mencapai 76,71 persen untuk pemilihan presiden. Jumlah tersebut meningkat daripada Pilpres 2014 yang hanya 69,80 persen. Untuk pemilihan anggota legislatif di tingkat kota atau DPRD kota, tingkat partisipas­i mencapai 75,85 persen. Bandingkan pada 2014 yang hanya 61,58 persen. Total DPT pada 2019 sebanyak 2.131.756 orang.

Ketua KPU Surabaya Nur Syamsi mengungkap­kan bahwa dalam diskusi-diskusi di lingkungan penyelengg­ara pemilu itu, partisipas­i pemilih memang menjadi salah satu topik yang mengemuka. Aspek sosial masyarakat harus betul-betul dipahami agar KPU tidak keliru dalam menjalanka­n pilwali di tengah pandemi. KPU Surabaya tentu menunggu petunjuk teknis apakah tahapan pilwali jadi dimulai pertengaha­n Juni ini atau ditunda lagi.

Syamsi menyebutka­n, salah satu yang diantisipa­si adalah bila ternyata ada pencetak suara atau petugas pelipat surat suara yang positif Covid-19. Hal tersebut tentu akan membuat resah di masyarakat.

 ?? FRIZAL/JAWA POS ?? BERPAKU PADA JADWAL: Gedung KPU di Adityawarm­an. Lembaga ini mendapat tugas berat untuk menjaga tingkat partisipas­i pemilih pada masa pandemi.
FRIZAL/JAWA POS BERPAKU PADA JADWAL: Gedung KPU di Adityawarm­an. Lembaga ini mendapat tugas berat untuk menjaga tingkat partisipas­i pemilih pada masa pandemi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia