Bagikan BLT di Dukuh Pakis
SURABAYA, Jawa Pos - Sesekali Mbah Munsini membetulkan masker yang turun dari hidung ke bibir. Maskernya kedodoran. Pagi-pagi dia mengantre untuk menerima bantuan langsung tunai (BLT) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Bank Jatim Universitas Wijaya Kusuma (UWK) kemarin (26/5).
Perempuan 105 tahun itu datang bersama cucunya sejak pukul 07.30. Karena faktor usia, Mbah Munsini tak perlu menghampiri petugas pembagian BLT. Dia duduk di area yang tak terlalu panas. Kemudian sekitar pukul 09.12, petugas mendatangi Mbah Munsini untuk meminta tanda tangan sebagai bukti telah menerima bantuan. Jari jemari kanannya tampak gemetar saat memegang pena hitam itu. Dia menggerakkan pena perlahanlahan untuk tanda tangan.
Total antrean penerima BLT 520 orang. Pembagian dilakukan pada pukul 08.00–16.00. Ratusan orang tersebut berasal dari empat kelurahan di Kecamatan Dukuh Pakis. Yakni, Dukuh Kupang, Pradah Kalikendal, Dukuh Pakis, dan Gunung Sari.
Bantuan yang dibagikan berupa uang tunai Rp 200 ribu selama tiga kali. Dengan demikian, totalnya Rp 600 ribu. Staf Pelayanan Kelurahan Dukuh Pakis Ahmad D. menuturkan, penerima BLT membawa KTP, kartu keluarga (KK), serta undangan dari dinas sosial. Jika penerima tidak bisa mengambil bantuan, dapat diwakilkan. Dengan catatan, wakil tersebut masih satu KK dan membuat surat kuasa yang bertanda tangan lurah. ”Misal, suaminya tidak bisa hadir karena sakit. Bisa istrinya, dengan bawa KTP, KK, surat kuasa, dan surat undangan dinsos,” terang Ahmad.
Mekanisme pengambilan bantuan dilakukan dengan memanggil setiap 10 orang. Setelah selesai, penerima bantuan diharapkan segera pulang. Tidak boleh berkerumun. Seluruh penerima bantuan wajib mengenakan masker. Petugas berkali-kali mengimbau melalui pengeras suara agar masker dipakai dengan benar. ”Masker tidak boleh hanya dikalungkan. Wajib pakai,” tegas Ahmad.
Bagi penerima bantuan yang tak memakai masker, petugas tidak mengizinkan untuk masuk ke area antrean. Petugas juga menyediakan tempat cuci tangan lengkap dengan sabun. Sayang, penempatan kursi untuk penerima bantuan yang menunggu panggilan tidak berjarak. Kursi terlihat berimpitan dan jumlahnya tidak menampung seluruh orang.