Jawa Pos

Menghitung Ruang Kecil. Kolom.

- Catatan LEAK KUSTIYO (8)

NIGERIA dan Angola adalah negara dengan karakter sedikit bicara, sedikit kerja. Jepang dan Korea, sedikit bicara banyak kerja.

Amerika dan Tiongkok, banyak bicara juga banyak kerja. Indonesia? ”Antara yang dibicaraka­n dan yang dikerjakan beda,” kata Gus Dur.

Secara seremonial, normal baru akan dimulai dengan diakhiriny­a PSBB. Pintu besar seolah dibuka. Semua berhambur di hamparan ruang baru yang luasnya tanpa batas cakrawala. Dengan durasi umur zaman entah sampai kapan, seperti isyarat WHO. Semua makhluk akan berebut hidup. Berebut ruang –seperti zaman sebelumnya– seiring berjalanny­a waktu di ranah baru

Humor Gus Dur di atas menggambar­kan keganjilan tingkat tinggi bangsa. Di luar kehebatan-kehebatan yang kita miliki, harus diakui, kultur hitung dan kalkulasi kita memang harus segera diperbaiki.

Antara yang dibicaraka­n dan yang dikerjakan tidak sama, adalah semacam ke-selegencea­n dalam skala bangsa. Tentu itu karena bentukan oleh kumpulan masyarakat yang selegence pula. Antara yang diimpikan dan kesanggupa­n tidak diukur. Antara luasan wilayah dan waktu yang dibutuhkan tidak dikalkulas­i sungguhan. Target dan timeline pengerjaan dihitung awu-awu. Proyek molor, proyek mangkrak, proyek batal, proyek bubar, di negeri kita-lah surganya.

Proyek Hambalang, kalau dihitung secara proper, mungkin politisi-politisi muda milenial yang cantik dan cool itu tak perlu masuk penjara hingga hari ini. Terutama, hitungan menyangkut bagi-bagi apple Washington – sandi untuk menyebut dolar.

Tak menutup kemungkina­n, New Normal yang hendak kita masuki akan senantiasa menyerupai keadaan darurat. Darurat dengan segala tingkatann­ya. Darurat selalu butuh hitunghitu­ngan cepat. Secara psikologis semua akan cenderung terburubur­u. Karena perasaan tidak aman akan terus tinggi tensinya.

* Menghitung ruang dan waktu bisa segera jadi kebudayaan ketika masuk zaman baru. Koran adalah salah satu yang hitungan ruangnya selalu diolah setiap hari. Setiap sore, semua redaktur, desainer halaman, memulai pengerjaan lajur-lajur kolom.

Suatu kali redaksi membuat eksperimen. Beberapa edisi dalam satu tahun dirancang dengan hitungan space kolomnya secara ekstra-cermat. Lantas dipilih materi istimewa yang disiapkan. Redaksi menyebutny­a edisi lomba. Lalu, edisi istimewa itu diikutkan lomba tingkat dunia, Asia-Pasifik, Asia. Tiga tahun berturut-turut Jawa Pos keluar sebagai pemenangny­a.

Ikut lomba-lomba internasio­nal dihentikan setelah tahun ketiga. Agar piagam penghargaa­n tidak menumpuk dan fokus pada esensi ukuran keberhasil­an kerja nyata. Koran, televisi, radio, online, dan industri media platform apa pun, akan mengubah ukuran-ukuran baru dalam pergulatan untuk mempertaha­nkan hidupnya. Media apa pun tak ada yang luput dari dampak virus, seperti semua industri lainnya.

Gedung mangkrak, proyek salah hitung, okelah kita akui di sini surganya. Tapi, bakat-bakat kreatif yang hebat juga di sini gudangnya. Semua hanya perlu segera meningkatk­an kemampuan hitung kolom dan deadline yang lebih akurat.

Sebagai pembiasaan diri untuk masuk normal baru, memang harus dimulai dari penguasaan kalkulasi hal-hal kecil, seukuran kolom surat kabar. Attitude bangsa tak lebih hanya attitude kita sebagai rakyatnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia