Tol Semarang–Solo Longsor, Waspada Bencana Hidro
JAKARTA, Jawa Pos – Hujan deras pada Sabtu (30/5) membuat badan tol Semarang– Solo di Km 426+600 arah Jakarta tertutup timbunan. PT Trans Marga Jateng (TMJ, pengelola tol Semarang–Solo) melaporkan bahwa hanya satu lajur yang dapat dilalui dengan aman.
Longsor terjadi pada Sabtu pukul 22.48 WIB. Saat ini TMJ terus melakukan pembersihan longsoran untuk memastikan keamanan pengguna jalan. Direktur Utama PT TMJ David Wijayatno menyampaikan, sejak pukul 10.25 WIB satu lajur di lokasi kejadian telah dapat dipakai pengguna jalan.
David menjelaskan, longsor disebabkan curah hujan yang cukup tinggi. Air akhirnya menggerus tanah di tebing yang berada di samping tol.
Saking derasnya air, tanah pun longsor ke jalur tol. David menambahkan, penanganan longsor juga dibantu badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), Pemadam Kebakaran Kabupaten Semarang, serta jajaran Polres Semarang. ”Kami juga berkoordinasi dengan konsultan terkait kondisi tanah di lokasi longsoran sehingga dapat diketahui penanganan selanjutnya agar tidak terulang,” jelasnya.
Pada Juni 2020 ini diperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau. Namun, masih ada beberapa daerah yang mengalami hujan lebat sehingga bencana hidrometeorologi berpotensi terjadi. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 1.300 bencana terjadi hingga akhir Mei 2020. Didominasi bencana hidro. Korban dunia akibat bencanabencana tersebut mencapai 1.800 orang.
Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati mengungkapkan, bencana banjir masih tinggi jika dibandingkan dengan jenis hidrometeorologi lain seperti tanah longsor dan angin puting beliung. Data BNPB hingga kemarin, kejadian banjir 532 kali. Banjir juga berdampak paling tinggi terhadap kerugian, baik korban jiwa maupun kerusakan material.
Sepanjang Januari hingga Mei 2020, Raditya mengatakan, total korban meninggal akibat banjir berjumlah 128 orang. Sedangkan korban luka-luka 119 dan hilang 7. BNPB juga mencatat, lebih dari 2 juta warga mengungsi karena banjir.
Total kerusakan rumah akibat banjir hingga akhir Mei ini mencapai ribuan. Kerusakan rumah dengan kategori rusak berat (RB) berjumlah 2.689 unit, rusak sedang (RS) 1.218, dan rusak ringan (RR) 4.094. Kerusakan pada sektor publik meliputi fasilitas pendidikan 295 unit, peribadatan 369, kesehatan 25, dan perkantoran 46. Lalu, kerusakan infrastruktur vital berupa jembatan sejumlah 163 unit.
Raditya menjelaskan, hingga akhir Mei 2020 mayoritas bencana dipicu hujan intensitas tinggi. Menyikapi kondisi itu, Raditya mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. ”Meskipun jelang pergantian musim, pada pekan terakhir Mei masih ditemui beberapa kejadian banjir. Di sisi lain, potensi angin puting beliung juga perlu diwaspadai, yang biasanya terjadi pada saat pergantian musim,” ujarnya.