Jawa Pos

Ikut Rapid Test, Malah Kena Stigma

Dialami Warga Kampung Dinoyo dan Kedungturi

-

SURABAYA, Jawa Pos – Dalam dua pekan terakhir, rapid test masal makin masif. Namun, tidak sedikit warga yang mendapat stigma setelah menjalani pemeriksaa­n. Padahal, hasil uji swab sudah keluar dan dinyatakan negatif.

Itulah yang dialami sebagian warga Kampung Dinoyo, Kelurahan Keputran, Tegalsari. Ketua RW 3 Zainudin menyatakan bahwa stigma tersebut sulit dihapus. Menurut dia, kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang Covid-19 masih rendah. ’’Mungkin ini disebabkan kebijakan pemerintah yang kurang tegas,’’ ujarnya kemarin (31/5).

Zainudin menjelaska­n, rapid test masal diajukan setelah ada beberapa warga yang meninggal secara bergantian selama April. Padahal, warga yang meninggal tidak terpapar Covid-19. Ada yang meninggal karena penyakit jantung. Ada pula yang menderita stroke berat. Akhirnya, pihak RW mengajukan permohonan untuk dilakukan rapid test masal di Kampung Dinoyo.

Awalnya, pemkot menjanjika­n rapid test masal diadakan pada 22 Mei. ’’Terlaksana besoknya, 23 Mei. Kami langsung bergerak mendata warga yang paling berisiko,’’ katanya.

Pengurus RW yang didampingi pihak kelurahan lantas mengumpulk­an warga. Rencana awal, 100 orang dirapid test. Sebanyak 90 orang merupakan warga yang dianggap berisiko.

Sisanya, 10 orang, adalah pengurus RW yang memiliki mobilitas tinggi. ’’Tapi, akhirnya hanya 90 orang yang di-rapid test,’’ jelas Zainudin.

Setelah rapid test dilakukan, ada 35 orang yang dinyatakan reaktif. Pengurus RW sudah memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa reaktif itu belum tentu positif. Namun, stigma negatif telanjur menyebar. Bahkan, beredar kabar bahwa ada 35 warga Kampung Dinoyo yang positif Covid-19.

Warga pun resah. Sambil menunggu hasil rapid test, pengurus RW terus bergerak. Mulai melakukan edukasi, sosialisas­i, hingga pembagian masker. Petugas juga mencetak banner dan spanduk imbauan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. ’’Kami juga membagikan 14 tempat cuci tangan sebagai tindakan pencegahan supaya warga tenang,’’ terangnya.

Pada Jumat (29/5), sebanyak 35 orang yang reaktif mengikuti tes kedua. Sebagian dinyatakan negatif dan boleh pulang. Ada juga yang diminta menjalani isolasi di salah satu hotel di daerah Gubeng. Bukan karena positif. Mereka diminta menjalani isolasi sambil menunggu hasil tes swab keluar. ’’Nah, 35 orang itu termasuk saya. Saya sudah dinyatakan negatif. Sampai sekarang (kemarin, Red), kami juga menunggu hasilnya,’’ ungkap Zainudin.

Kondisi serupa dialami warga Kedungturi, Kelurahan Kedungdoro, Tegalsari. Sebanyak 15 warga yang baru mengikuti rapid test masal pada Jumat (29/5) dinyatakan reaktif. Mereka semua dibawa ke salah satu hotel di daerah Gubeng untuk isolasi. Pada Sabtu (30/5), semuanya sudah dipulangka­n karena hasil uji swab-nya negatif.

Ketua Tim Penggerak PKK RT 4, RW 8, Kedungturi, Maulina mengakui bahwa masih ada stigma negatif dari masyarakat terhadap orang-orang yang baru dipulangka­n. Karena itu, dia meminta pemerintah tidak tinggal diam. ’’Kami butuh orang yang benarbenar dipercaya masyarakat untuk memberikan pemahaman dan penjelasan. Jadi, biar informasin­ya tidak bias,’’ tuturnya.

 ?? RW 3 DINOYO FOR JAWA POS ?? EDUKASI: Pengurus RW memberikan sosialisas­i terkait dengan Covid-19 agar tidak ada stigma negatif di tengah masyarakat.
RW 3 DINOYO FOR JAWA POS EDUKASI: Pengurus RW memberikan sosialisas­i terkait dengan Covid-19 agar tidak ada stigma negatif di tengah masyarakat.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia