Cerita Anak dalam Audio di Masa Pandemi
SURABAYA, Jawa Pos - Kuliah online di kelas writing children literature Jurusan Sastra Inggris Program English for Creative Industry (ECI) UK Petra menghasilkan bahan ajar untuk anakanak. Berupa dongeng singkat yang direkam dalam bentuk audio dan diunggah ke media sosial ECI. Salah satunya adalah karya Cherine Angelica Limina yang berjudul The Easter Bunny’s Quarantine Conundrum. Durasinya 2 menit 32 detik. Meski singkat, dongeng audio tersebut sarat pesan baik.
Cal -sapaan Angelica- menuturkan, saat mengikuti kelas online, dirinya dan mahasiswa lain hanya diberi waktu 15 menit untuk menulis cerita anak. Lantas, tebersit ide untuk menulis kisah dengan tokoh utama seekor Easter bunny alias kelinci Paskah. ”Tantangan terbesarnya di situ. Mencari ide dalam waktu yang sangat singkat, kemudian langsung disusun menjadi cerita. Tapi, dengan target waktu begitu, sering kali bisa tiba-tiba muncul ide,” terangnya.
Dalam cerita itu, Cal menggambarkan sosok kelinci Paskah sebagai tokoh yang penuh inisiatif. Di tengah pandemi, kelinci itu mencari sendiri telur-telur yang disembunyikan tanpa bantuan anak-anak lain. Kelinci mengerti bahwa anak-anak harus tetap tinggal di rumah supaya terhindar dari penularan virus. Si kelinci tetap menciptakan suasana yang penuh kebahagiaan dan senyuman.
”Kebetulan, tokoh kelinci kan juga akrab buat anak-anak. Khususnya mereka yang merayakan Paskah beberapa waktu lalu,” imbuh mahasiswa semester IV jurusan sastra inggris program ECI itu. Sekretaris Prodi Sastra Inggris UK Petra Stefanny Irawan mengatakan, tulisan Cal menjadi dongeng pertama yang digubah dalam bentuk audio dan diunggah ke medsos. Dengan begitu, guru atau orang tua bisa mengaksesnya sebagai tambahan bahan belajar untuk anak di rumah. Khususnya untuk anak usia kisaran 5 tahun.
”Memang dongeng biasanya diterbitkan. Tapi, dalam situasi pandemi seperti ini, lebih pas cerita dengan versi yang bisa didengarkan. Reaksi publik ternyata positif,” ungkapnya. Dia menambahkan, karya Cal dianggap berhasil menjadi contoh dongeng anak berbahasa Inggris. Isinya ringkas, tapi padat, menarik, menyajikan ending yang kuat, dan utamanya memiliki tokoh yang punya inisiatif mewujudkan keinginan. Bukan tokoh yang hanya diam dan pasif.
”Bisa jadi karena Cal juga cukup sering membuat cerpen yang berhasil dimuat di media nasional maupun antologi cerpen di luar negeri. Jadi, ceritanya tidak bertele-tele, tapi tetap ada isinya,” ungkapnya.