Jawa Pos

Ruang dalam Ruang

- Catatan LEAK KUSTIYO (9)

TATA ruang itu fundamenta­l. Buat semua hal yang hendak dilakukan setelahnya.

Surabaya mengalami surprising moment di awal tamantaman memekarkan bunga. Itu terjadi setelah sebagian besar ruang kota selesai ditata, lantas blok-blok space untuk publik ditanami pohon-pohon dan aneka bunga.

Kepala daerah berdatanga­n, melakukan studi bagaimana bisa menciptaka­n taman serupa, cara menanam bunga, dan melihat tabebuya. Tidak studi tentang bagaimana menutup pompapompa bensin yang beroperasi di lahan-lahan tak sesuai peruntukan

J

Bukan studi bagaimana persuasi terhadap para pedagang kaki lima, yang hidup di zona nyaman di lahan pedestrian, sejak puluhan tahun sebelumnya. Mereka melakukan studi ketika kota sudah kelihatan bunganya. Bukan saat ruangannya ditata.

Risma lulusan arsitektur. Warna-warna tabebuya itu pasti sudah ditentukan satu paket dengan lanskap, bangunan, yang semuanya merespons tata ruang. Begitulah prinsip membangun hunian yang benar. Surabaya adalah rumah untuk 3 juta warganya.

Pemilik rumah bernama Surabaya punya kecenderun­gan ingin segera melihat rumahnya bagus. Minimal indah dilihat. Itulah yang dijawab Risma: segera percantik kota dengan taman bunga. Sambil, terus menata ruangnya.

Taman adalah semak belukar yang ditata. Tata ruang adalah karakter, hidup, dan komitmen terhadap masa depan!

Yang terberat untuk ditata adalah blok Ahmad Yani, dari bundaran Waru sampai Joyoboyo. Deadline-nya: sebelum masa jabatan habis, Waru–Joyoboyo harus klar. Untuk menata area yang menjadi pintu utama Kota Surabaya itu, wali kota tak hanya bersitegan­g dengan warga. Tapi juga kampus, kantor-kantor swasta, bahkan dengan sesama institusi-institusi pemerintah.

Memang seperti itulah tuntutan komitmen terhadap tata ruang. Ia bisa menjadi pekerjaan sangat berat, tapi senyap. Tidak ada indah-indahnya. Gaduh, tapi minus tepuk tangan. Best 10 arsitek Indonesia, yang hidupnya hanya untuk memikirkan desain, bentuk, dan penataan ruang minimal punya maag, asam lambung, dan insomnia. Ingin marah tak ada forumnya. Nggak ada partner-nya.

Semak, anggrek-anggrek yang ditempel di batang pohon sepanjang Raya Darmo, dan tamantaman di seluruh Surabaya itu, sejatinya cuma hal temporer saja. Nuansa taman boleh diganti sesuai mood. Seperti halnya taman rumah kita. Kalau misalnya di masa mendatang bunga-bunga banyak yang kering, karena kurang perawatan, juga bukan sesuatu yang terlalu merisaukan. Asal bukan tata ruangnya yang kembali berantakan. Taman sangat menghibur kita. Tapi, bukan itu poin esensial untuk 10 tahun kerja keras Risma.

Machfud Arifin, Eri Cahyadi, Whisnu Sakti Buana, Cak Ji, Cak To, atau Ning siapa pun nantinya boleh saja setiap saat mengubah materi taman-taman dengan tanaman yang lebih segar dan baru. Tentu kalau sudah bosan dengan jenis dan warna bunga yang ada sekarang. Ke depan, wali kota berikutnya, punya spirit lanjutan bernama craftsmans­hip. Itu kewajiban pasca-peruntukan ruang-ruang ditata dan diterima.

Pemimpin baru Surabaya harus melihat dari atas. Berpikir holistik mana saja hal antik yang harus dirawat. Blok mana tetap hijau. Pusat kesibukan. Kanal mana harus jernih dan biru airnya. Public space mana perlu dihadirkan artwork-artwork baru. Kehadiran urban art itu mutlak untuk gaya kota modern sekarang.

Karena kota sudah begini rapi, visi boleh melenting seperti Korea. Eksplorasi teknologi sudah dipastikan segera menjadi dagangan konvension­al, semacam koran. Berikutnya, semua sentuhan harus dengan art approach. Jangan heran kalau aktivitas utama work from home adalah mengikuti ke mana pun Lee Min-ho pergi. Tiga jilid PSBB ludes dimakan drama Korea siang-malam.

Taman kota di seluruh jalur pedestrian Kota Beijing bahkan diperlakuk­an seperti dekorasi pesta. Bunga-bunga dikelompok­kan warnanya. Ditanam dalam pot ringan dengan desain khusus yang sudah disesuaika­n dengan bak truk dinas pertamanan. Dibuat tersusun, berslot-slot, agar bisa set-set-wuet setiap kali dilakukan rotasi perpindaha­n bunga.

Setiap seminggu sekali bunga dengan kelompok-kelompok warna itu dirotasi secara serempak. Dipindah pada saat warganya sedang tidur. Kira-kira antara jam 12 malam hingga 4 pagi. Hamparan krisan di blok-blok pedestrian yang ketika sore hari masih berwarna putih, pagi hari bisa berubah ungu semua. Dua minggu Anda tinggal di Beijing, dua kali melihat ibu kota Tiongkok itu berubah nuansa warna. Warna. Bukan tata ruangnya.

727 tahun Kota Surabaya. Kota ini harus tetap cantik dan indah. Kita tak usah cengeng dan sok halu melihat pemandanga­n kemarin. Pemimpin melakukan drama untuk kepentinga­n rakyat itu perlu. Politisi apalagi. Adu mulut, tengkar, itu ibarat sayur lodeh sayur asem. Ora ngoceh ora marem. Kita jangan mudah terhasut, hanya gara-gara sudah pegang handphone dan siap komen 24 jam.

Bambang D.H. dan Tri Risma tak luput dari kesan itu, dulu. Tapi, dalam konteks pembanguna­n Kota Surabaya, rakyat menilai era BDH dan era Risma adalah dua episode yang sinambung. Kelak, siapa pun pemimpinny­a, juga akan bisa menangis. Sepanjang punya komitmen untuk memberikan yang terbaik untuk rakyatnya, dan punya air mata.

Rakyat jangan alpa untuk mengikuti proses. Media, punya kewajiban untuk terus mencatat secara komprehens­if. Bukan menjadi inisiator membuat gelombang opini dengan chatchat pendek yang insinuatif.

**

Jawa Timur itu ruang besar. Surabaya itu potongan ruang yang lebih kecil. Ruang Surabaya ada di dalam ruang Jawa Timur. Ada batas lain yang tak diatur dalam gabungan dua ruang itu. Selain batas politik dan batas kewenangan, ada satu lagi batas ruang namanya batas rasa.

Khofifah-Risma dalam term ini enggak beda dengan ibu mana pun. Emak-emak mana yang tidak nervous anaknya diancam bunuh oleh Covid-19? Kita jangan sibuk mencari angle untuk menertawak­an –salah satu tip untuk hidup bahagia di Surabaya.

Ini cuma kompleksit­as: ruang dalam ruang. Kita sudah sejak lama diajak respek pada batasbatas ruang, yaitu untuk empan papan, empan panggonan. Sebaiknya kita pahami bersama.

*) Catatan berikutnya tentang

Waktu, ditulis di lain waktu.

Jawa Pos Radar Banyuwangi.

Di dalam kapal, juga disediakan tempat cuci tangan untuk penumpang dan sudah dilengkapi dengan sabun antiseptik. Seluruh ruangan kapal disemprot pula dengan cairan disinfekta­n setiap kali proses bongkar muat penumpang di Pelabuhan.

Diwajibkan pula penggunaan masker dan pengaturan posisi tempat duduk di dalam kapal. Petugas juga melakukan prosedur pemeriksaa­n suhu tubuh, pemberian hand sanitizer kepada pelanggan yang masuk kapal, dan juga disediakan tempat cuci tangan saat akan embarkasi.

“Kalau seperti ini kita menjadi lebih tenang menaiki kapal, karena ada pemeriksaa­n juga,” kata Lilik, salah seorang penumpang kapal.

Untuk kru kapal penyeberan­gan, seluruh petugas pelayanan diwajibkan mengenakan face shield atau pelindung wajah dan disediakan baju hazmat. Bahkan untuk koki di atas kapal juga diharuskan menggunaka­n masker dan sarung tangan dalam menyiapkan masakan untuk pelanggan.

“Seluruh kru kapal kita berikan suplemen kesehatan berupa

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia