Jawa Pos

Tawarkan Empat Opsi Pengaktifa­n Pesantren

Juga Siapkan Bantuan Perangkat Kesehatan

-

SURABAYA, Jawa Pos ‒ Meski penerapan kehidupan normal baru alias new normal belum diberlakuk­an di Jatim, sejumlah aktivitas ancanganca­ng segera dimulai. Salah satunya pendidikan di lingkungan pondok pesantren (ponpes).

Kemarin pemprov bersama Kanwil Kementeria­n Agama (Kemenag) Jatim membahas fenomena para santri yang segera kembali menjalanka­n aktivitasn­ya di pesantren-pesantren.

Hasilnya, ada empat opsi yang ditawarkan ke pengasuh ponpes. Semua opsi tersebut merupakan hasil analisis pemprov bersama Kemenag Jatim. Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, opsi pertama adalah santri tetap kembali ke pesantren dengan penerapan standar protokol pencegahan Covid-19. Opsi berikutnya, santri kembali secara bertahap. ’’Opsi ketiga adalah santri kembali setelah pesantren disterilka­n. Terakhir, santri menunggu sampai wabah Covid-19 landai,’’ katanya.

Empat tawaran itu diserahkan kepada seluruh pengelola pesantren untuk dipilih. ’’Nanti pemprov memberikan dukungan berupa perangkat kesehatan,’’ katanya.

Wahid menambahka­n, dari hasil analisis, ada beberapa kesimpulan. Salah satunya, pesantren memiliki semangat belajar tinggi. Namun, tidak semua pesantren bisa menyediaka­n perangkat protokol pencegahan Covid-19.

Selain itu, jumlah penghuni pesantren sangat banyak sehingga social dan physical distancing susah diterapkan. Di sisi lain, orang tua santri sangat mendorong kegiatan mengaji dimulai kembali. ’’Karena itu, kami tawarkan empat strategi dari hasil analisis tersebut,’’ jelasnya.

Sementara itu, Kepala Kemenag Jatim Ahmad Zayadi mengatakan ada santri yang pembinaann­ya di bawah sekolah. Ada juga yang hanya di bawah pesantren. Santri yang pembinaann­ya di bawah sekolah adalah yang belajar di madrasah. ’’Santri yang hanya mondok itu langsung dibina pesantren, kewenangan­nya ada di pengasuh pesantren,’’ katanya.

Pengawasan di lingkungan madrasah lebih mudah. Standar protokol bisa diterapkan di tiap madrasah. Social dan physical distancing juga bisa diterapkan. Berbeda dengan santri yang hanya mondok di pesantren. Penataanny­a lebih sulit. Bergantung pengasuhny­a.

Pembahasan kelanjutan aktivitas pesantren di Jatim memang cukup vital. Sebab, sedikitnya ada 4.718 pesantren di provinsi tersebut. Jumlah santri mencapai lebih dari 900 ribu. Dari jumlah itu, sekitar 600 ribu santri di antaranya mengenyam pendidikan di madrasah atau sejenisnya.

Sejumlah perwakilan pengasuh ponpes di Jatim memang berharap ada kebijakan dari pemerintah dalam menyikapi wacana new normal di sektor pesantren. Misalnya, yang diungkapka­n Ketua Rabithah Ma’ahid al Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jember Fuad Achsan. Dia menuturkan, pesantren cukup lama mengalami kekosongan aktivitas. ’’Persoalann­ya, banyak pesantren yang tidak punya sarana cukup untuk menjalani tatanan normal baru itu,’’ jelasnya.

 ?? GRAFIS: CHIS/JAWA POS ??
GRAFIS: CHIS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia