Pasar Ritel Jadi Tumpuan Perikanan
SURABAYA, Jawa Pos – Pandemi Covid-19 mengubah pasar industri pengolahan ikan Indonesia. Bersamaan dengan merosotnya permintaan ekspor untuk sektor hotel, restoran, dan kafe (horeka), ekspor untuk ritel justru tumbuh.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan bahwa pendapatan unit pengolahan ikan (UPI) yang melayani horeka turun sampai 70 persen. ’’(Restoran) Paling melayani delivery saja. Hotel juga begitu. Sangat sepi tidak ada pesta,’’ katanya kemarin (3/6).
Sebaliknya, ekspor untuk ritel justru naik 20 persen. Sebab, masyarakat masih membutuhkan ikan sebagai bahan makanan. ”Orang-orang yang selama ini makan di restoran sekarang mau tidak mau harus makan di rumah. Belinya tentu saja lewat supermarket atau online. Jadi, salesnya meningkat,” ungkapnya.
Negara tujuan ekspor industri pengolahan ikan masih sama dengan tahun lalu. Mengutip data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), negara tujuan ekspor terbesar pada 2019 adalah Amerika Sekitar (AS). Yakni, sekitar 37 persen. Disusul Tiongkok dan Jepang yang masing-masing berkontribusi 17 persen dan 13 persen.
Komoditas yang paling banyak diekspor adalah udang. Komposisinya 35 persen. Urutan kedua adalah kelompok tuna-tongkolcakalang dengan komposisi 15 persen. Kelompok cumi-sotonggurita serta rajungan-kepiting berkontribusi masing-masing 11 persen dan 8 persen.
Di dalam negeri, penjualan produk olahan perikanan yang ready-to-cook dan ready-to-eat untuk ritel meningkat pesat. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 718 unit usaha pengolahan ikan di berbagai wilayah Indonesia. Jumlah produksinya mencapai 1,6 juta ton pada 2019 lalu.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyatakan, penjualan berbagai hasil laut fokus ke pasar dalam negeri. Terutama untuk melayani konsumen ritel. ’’Kita akan terus mendorong agar sektor selain manufaktur tetap bisa membantu pemulihan ekonomi. Celah pasar itu masih ada,’’ ucapnya.