Jawa Pos

Siapkan Destinasi Baru setelah Pandemi Berakhir

Sumur Lawas di Lawang Seketeng Dipercaya Membawa Berkah

-

SURABAYA, Jawa Pos – Gang selebar 2,5 meter ini tampak sepi kemarin (3/6). Pintu rumah warga yang berdiri di kedua sisi gang tertutup. Tidak ada aktivitas di luar ruangan. Di halaman masing-masing rumah terdapat tempat cuci tangan dari ember plastik.

Aktivitas warga baru terlihat saat masuk ke Gang VI Lawang Seketeng. Beberapa warga tampak memasak di depan rumah. Menggoreng tempe dan menumis sayur. Suasana semakin ramai saat masuk ke area pujasera yang terletak di tengah kampung lawas itu.

”Kalau pujaserany­a setiap hari tetap buka. Sampai malam malah,” ucap Ketua Pokdarwis Lawang Seketeng Andrie Adikusumo. Pujasera yang diisi lima pedagang tersebut memang berada di jantung wisata Kampung Lawang Seketeng.

Di depan pujaresa, berdiri langgar kuno antik. Dibangun dari kayu jati kukuh, langgar yang dibangun akhir abad ke-19 itu menjadi ikon kampung. Karena arsitektur­nya yang khas. Yakni, ukiran unik berbentuk sirip ikan dan kembang.

Di-launching 11 November lalu, Kampung Lawang Seketeng menjadi destinasi baru wisata kampung di Surabaya. Kampung tersebut disulap setelah langgar dukur dikenalkan ke publik setahun sebelumnya. Dari langgar itulah, kemudian sisi unik Lawang Seketeng terus digali. Terutama, soal bangunan dan peninggala­n heritage. ”Sekarang ada 11 titik peninggala­n yang bisa dikunjungi,” ucap lelaki 49 tahun itu. Mulai langgar dukur, peninggala­n saluran terakota, reruntuhan rumah gaya kolonial, makam kuno, hingga sumur lawas.

Bahkan, belakangan ini titik terakhir itu menjadi destinasi tersendiri. Sumur yang saat awal ditemukan berair keruh menjadi jernih. Beberapa pengunjung bahkan mengambil air di sumur tersebut sebagai oleh-oleh. Mereka percaya, air sumur lawas tersebut berkhasiat. ”Wisatawan dari Bali utamanya,” jelas Andrie.

Sejak awal tahun ini, sebenarnya kunjungan ke Kampung Lawang Seketeng mulai naik. Dari semula kunjungan sehari hanya tiga–lima orang sudah jadi puluhan. Rombongan dari mahasiswa dan beberapa kota mulai banyak. Mereka tertarik menjelajah ke kampung yang masuk Kelurahan Peneleh itu.

Namun, kunjungan mulai turun drastis awal Maret. Saat pandemi mulai merebak. Membuat orang pikir-pikir untuk berkunjung. Praktis, selama pandemi, tidak ada lagi kunjungan ke Lawang Seketeng.

Meski tanpa kunjungan, Andrie mengatakan, dirinya bersama teman-teman pokdarwis tidak tinggal diam. Beberapa spot dan rancangan konsep wisata terus dikembangk­an. Salah satunya, menambah destinasi baru. ”Ada rumah warga yang menyimpan puluhan barang antik. Nanti dibuka untuk umum. Pemiliknya sudah setuju,” jelasnya.

Lurah Peneleh M. Khusnul Amin mengatakan, hingga kemarin memang belum ada penambahan lebih lanjut mengenai pengembang­an Lawang Seketeng. ”Di wilayah pujasera itu rencananya warga ingin listrik ditanggung pemkot. Karena selama ini listriknya masih ikut rumah warga,” ucapnya. Saat ini, usulan tersebut baru pengajuan. Belum ada keputusan.

Sementara itu, untuk pengelolaa­n wisata, Amin optimistis warga bisa bergerak dan mengembang­kan potensinya. Pokdarwis di wilayah Lawang Seketeng juga sudah jalan. ”Sudah bisa jalan,” ucapnya.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ??
DIPTA WAHYU/JAWA POS
 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? TAK ADA WISATAWAN: Langgar Dukur yang menjadi ikon kampung wisata Lawang Seketeng.
MAKIN APIK: Mural memperinda­h dinding rumah di Lawang Seketeng.
DIPTA WAHYU/JAWA POS TAK ADA WISATAWAN: Langgar Dukur yang menjadi ikon kampung wisata Lawang Seketeng. MAKIN APIK: Mural memperinda­h dinding rumah di Lawang Seketeng.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia