Darurat Kasus Jebakan Tikus
Jawa Pos − Setrum jebakan tikus kembali menelan korban jiwa. Selasa malam (2/6) giliran Taji ditemukan meninggal di area persawahan Desa Puduttrate, Benjeng. Jasad lelaki berusia 56 tahun asal Desa Gedangkulut, Cerme, itu ditemukan dalam kondisi tertelungkup.
Informasi yang dihimpun, Selasa pagi Taji berangkat ke sawah. Biasanya, dia pulang sebelum magrib. Namun, petang itu Taji tidak kunjung pulang. Keluarganya mulai resah. Anik, istri Taji, melakukan pencarian ke sawah di Desa Punduttrate. Sawah mereka memang berbatasan antara Desa Punduttrate dan
Desa Gedangkulut.
Pada pukul 18.30, Anik dan anaknya melihat sosok tertelungkup di area persawahan. Spontan Anik menjerit. Lalu, dia berlari untuk meminta bantuan kepada masyarakat setempat. Korban pun dievakuasi ke atas tanggul. ’’Korban diduga meninggal akibat tersetrum aliran listrik yang berasal dari aki berkekuatan 300 watt,’’ kata Kapolsek Benjeng AKP Lukmam Sholeh Hadi.
Camat Benjeng Suryo Wibowo men gatakan, pihaknya tel ah berk ali- kali mengimbau agar ma s yarakat tidak menggun akan jebakan listrik untuk mengh alau hama tikus. ” Bahkan, petugas PLN sudah melakukan razia. Namun, masih saja ada petani yang menggunakannya,” ujarn ya.
Kematian Taji itu menambah panjang daftar warga yang meninggal karena jebakan tikus beraliran listrik. Pada tahun ini saja, setidaknya ada enam korban yang meninggal akibat jebakan tersebut. Tampaknya, persoalan itu sudah darurat untuk mendapat atensi lebih. Sebab, sejatinya para petani adalah garda terdepan dalam ketahanan pangan. Apalagi pada masa pandemi Covid-19, tentu masa depan petani wajib diperhatikan.