Jawa Pos

Bergelut di Banyak Cabor karena Berdarah Olahragawa­n

Tidak banyak atlet yang bisa menorehkan prestasi di beberapa cabang olahraga (cabor). Muhammad Uchida Sudirman adalah salah seorang di antaranya. Pemuda 17 tahun itu sukses mengukir prestasi di sepak bola dan muay Thai.

-

KECINTAAN Uchi –sapaan Muhammad Uchida– pada sepak bola berawal dari sang paman, Muhammad Ayyub Khan. Ayyub adalah mantan gelandang PSM Makassar. Uchi ingat betul bagaimana sang paman ’’mewariskan’’ darah sepak bola padanya. Itu terjadi pada 22 Juni 2015. Saat itu Ayyub memberikan seluruh perlengkap­an sepak bola miliknya, yakni bola dan jersey. Ya, tanggal tersebut tepat satu minggu sebelum Ayyub berpulang ke Rahmatulla­h.

Nah, beberapa bulan sebelum meninggal, Ayyub juga mengajak Uchi berkenalan dengan Yeyen Tumena. Yeyen merupakan direktur teknik SSB Asiop, tempatnya menimba ilmu sepak bola. Tapi, sebelum berkenalan dengan Yeyen, dua tahun sebelumnya atau pada 2013 dia sudah berlatih sepak bola. Sementara itu, muay Thai baru dia pelajari dua tahun kemudian.

Uchi pun menunjukka­n bakat besar di sepak bola. Dia pernah membela timnas U-16 saat finis di babak 16 besar Piala AFC 2018, Kuala Lumpur. Dia juga ikut membawa timnas kelompok usia meraih runner-up pada Gothia

Cup 2016 di Swedia. Pria yang sempat menjadi penggawa Persija Jakarta di U-16 dan U-18 itu pun menorehkan sukses di muay Thai. Dia berhasil meraih medali perunggu bersama Lorens Walun di nomor wai kru putra pada SEA Games 2019.

Kenapa bisa menggeluti muay Thai? Menurut dia, itu tak lepas dari sosok sang ayah, Sudirman, yang saat itu menjadi pengurus lalu menjabat ketua PB Muay Thai Indonesia periode 2016–2020. ’’Ayah yang saranin buat ikut latihan muay Thai. Ayah dulu kan atlet bela diri juga,’’ ucap Uchi.

Uchi tak pernah mengeluh karena harus menggeluti dua cabor sekaligus. Malah, berlatih muay Thai bisa menunjang fisik di sepak bola. Sebab, keduanya memiliki persamaan. Yakni, samasama olahraga full body contact. Selain itu, meski ayahnya merupakan ketua PB Muay Thai, dia tetap harus berjuang jika ingin tampil di pentas internasio­nal. ’’Tetap harus berjuang dari bawah,’’ ujar pria yang pernah membawa DKI Jakarta merebut juara saat tampil di Kejurnas Muay Thai 2018 di Serang, Banten.

Soal pembagian waktu, Uchi menuturkan bahwa latihan muay Thai dilakukan setiap pagi, sedangkan sepak bola pada sore hari. Dia harus fokus di salah satu cabor ketika ada kejuaraan. Misalnya, persiapan tampil di Piala AFC 2018 pasca mengikuti kejurnas muay Thai. Kala itu dia sempat vakum muay Thai sekitar setahun untuk fokus di sepak bola.

Demikian juga ketika hendak tampil di cabor muay Thai pada SEA Games 2019. Kala itu dia meminta izin ke manajemen Persija untuk fokus berlatih muay Thai. Alhasil, Uchi terpaksa absen memperkuat The Young Tigers, julukan Persija U-18, tampil di Elite Pro Academy U-18 hingga fase akhir. Hasilnya lumayan. Medali perunggu berhasil dia torehkan. ’’Bukan kita suuzon (berprasang­ka buruk) ya. Pelatih dari awal juga bilang sulit buat emas. Paling maksimal dapat perak,’’ katanya. Benar saja, medali emas didapat atlet tuan rumah atas nama Joemar Gallaza-Jearome Calica. Sementara itu, perak diraih atlet Malaysia, Hatem Ramijam-Mohamad Ismail.

Nah, karena banyak kegiatan, komunikasi menjadi hal utama yang harus selalu dilakukann­ya. Termasuk dengan teman dan gurunya di SMAN 70 Jakarta. Aktivitas olahraga yang dijalani membuat siswa yang tahun ajaran depan duduk di kelas XII itu sering kali izin untuk tidak masuk. Meski begitu, dia berkomitme­n mengejar ketertingg­alan pelajaran saat memiliki waktu senggang. ’’Jadi, pendidikan tidak mungkin ditinggal,’’ tuturnya.

 ?? UCHIDA FOR JAWA POS KHUSAINI/JAWA POS ?? MULTITALEN­TA: Muhammad Uchida saat membela timnas U-16 di Kuala Lumpur, Malaysia. Foto atas, Uchida ketika menjadi atlet muay Thai.
UCHIDA FOR JAWA POS KHUSAINI/JAWA POS MULTITALEN­TA: Muhammad Uchida saat membela timnas U-16 di Kuala Lumpur, Malaysia. Foto atas, Uchida ketika menjadi atlet muay Thai.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia