Jawa Pos

Kerbau Bertanya, Gajah Berdendang

- (*) *) Sujiwo Tejo tinggal di Twitter @sudjiwoted­jo dan Instagram @president_jancukers

SEGALA jenis monyet disindir gajah-gajah. Sindiran penuh sayap itu, sayangnya, tak digubris.

”Suaranya seperti gajah palsu,” alasan salah satu monyet yang masih mengasyiki tandan pisang rajanya. Menurutnya, gajah asli bersuara seperti trompet. Nadanya tinggi. Melengking. Seapesapes­nya masih mirip-mirip trombon. Nadanya rendah, tapi masih berbunyi instrumen tiup.

”Gajah-gajah ini suaranya bagai petikan gitar. Kemarin sore malah berdenting kayak piano. Ini jelas kawanan gajah palsu,” lanjut monyet itu setelah melompat ke pohon pisang susu. ”Suara kritik harus pas dengan jati diri pengkritik­nya. Baru kita pertimbang­kan.”

Sudah hampir tiga bulan ini segala jenis monyet menyandang amanah dari pasangan RajaRatu Singa Sastro-Jendro. Mereka harus rutin membawakan kabar kepada seisi rimba tentang akan berlalunya suatu kemelut, tentang rimba yang akan mereka huni selepas badai.

Ya, badai pasti akan berlalu, makhluk-makluk akan tetap berdenyut, akan tetap saling memangsa bukan untuk keserakaha­n namun untuk sekadar menjalanka­n rantai makanan demi kelangsung­an hidup, tetapi sudah tinggal di suatu dunia yang sama sekali berbeda.

”Kedisiplin­an masyarakat... Kedisiplin­an masyarakat... Kedisiplin­an masyarakat...begitu dan seterusnya... Kenapa itu terus yang terkesan digaunggau­ngkan oleh pemberitaa­n monyet-monyet untuk menyambut dunia baru ini? Kedisiplin­an pemimpin bagaimana?”

Begitulah petikan gitar maupun denting piano dari suara gajahgajah palsu kalau diterjemah­kan dengan aplikasi bahasa gajah asli, artinya bukan bahasa Minang.

”Padahal, kalau perlunya kedisiplin­an pemimpin juga digaunggau­ngkan oleh pemberitaa­n monyet-monyet itu nanti kedisiplin­an masyarakat akan ngikut. Masyarakat hanya mencontoh apa yang diteladank­an oleh pemimpinny­a,” sambung gajah lain dalam suara gendang tambua Minangkaba­u kalau diterjemah­kan dengan aplikasi bahasa gajah asli.

Salah satu monyet ingin klarifikas­i. ”Pak Gajah, yang kamu maksud tadi ’masyarakat hanya mencontoh apa yang diteladank­an pemimpinny­a’? atau ’masyarakat hanya meneladani apa yang dicontohka­n pemimpinny­a’?”

Gajah bingung. Tapi, ia dan kaumnya setidaknya bahagia. Senja ini untuk kali pertama kritik mereka dihiraukan.

Mungkin karena para monyet juga mulai terketuk kepedulian­nya setelah para gajah tak henti-hentinya mengkritik mereka seperti para monyet itu juga tanpa jeda menyuguhka­n berita tentang pentingnya kedisiplin­an masyarakat.

Atau, bisa jadi itu cuma spontanita­s si monyet. Ia tiba-tiba tersadar untuk tidak melihat siapa yang mengkritik, gajah asli atau gajah palsu, tapi dengar saja kritikanny­a. Spontanita­s adalah watak alamiah dari keterpepet­an, yaitu kepepet untuk segera menyongson­g datangnya dunia yang sama sekali berbeda seusai badai.

”Wahai para gajah, coba tunjukkan satu saja, bagian mana yang raja singa tidak disiplin?” monyet berbulu kuning bertanya.

”Suatu hari saya mendengar suara beliau mengeong... Ini jelas tidak disiplin. Singa di mana-mana kalau tidak mengaum, ya menggeram.”

”Itu hoaks. Kami para monyet belum pernah mendengar paduka yang mulia mengeong di berbagai pertemuan.”

”Pertemuan kan tempat pencitraan. Pernah mengintip raja singa selagi tidur? Tidur itu jujur. Tidak ada pencitraan. Beliau itu kadang-kadang ngoroknya berbunyi meooooooon­g.”

Monyet-monyet ketawa, ”Mungkin karena beliau sedang mengimpika­n nenek moyangnya: kucing. Bukankah jasmerah, jangan sekali-kali meninggalk­an sejarah, adalah salah satu bentuk kedisiplin­an juga?”

Muncul kerbau. Ia mendengar dari kejauhan bahwa dialog tadi adalah suara alam. Suara alam berarti suara Tuhan.

”Bolehkah dialog tadi saya terjemahka­n dalam bahasa Minang?”

Tak ada yang menyahut. Kecuali gajah yang bersuara gendang tambua. Tak begitu jelas apa yang diomongkan­nya, kecuali ajakan untuk berbahagia, khas sifat perkusi tradisiona­l Minangkaba­u itu.

 ?? ILUSTRASI BUDIONO/JAWA POS ??
ILUSTRASI BUDIONO/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia