Perlu Psikoedukasi agar Positif Hadapi Era New Normal
SURABAYA, Jawa Pos - Masyarakat Surabaya segera memasuki masa new normal. Psikolog Universitas Airlangga Nurul Hartini mengingatkan pentingnya kesiapan psikologis menghadapi fenomena baru tersebut. Tekanan bisa terjadi di mana pun dan kapan pun.
Nurul menjelaskan, psikoedukasi sangat penting dalam penerapan new normal. Yakni, imbauan dan ajakan adaptasi secara persuasif. ”Ini diperlukan dengan harapan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (7/6).
Menurut Nurul, akan terjadi fenomena seperti stres, bingung, cemas, atau sedih. Misalnya, ketika tempat-tempat umum mulai dibuka kembali. Pasti muncul kekhawatiran satu dengan yang lain. Di sinilah pentingnya pemerintah sebagai pionir dalam pemberian terapi psikologis tersebut.
Pemerintah, kata dia, harus meyakinkan masyarakat dengan memberikan informasi positif. Bukan negatif. Bila informasi negatif yang ditangkap masyarakat, cepat atau lambat akan muncul stimulus cara berpikir yang tidak baik. ”Di sisi lain, masyarakat juga harus cerdas menerima informasi dengan menyaringnya,” papar Nurul.
Konsep new normal harus diikuti dengan kolaborasi yang baik di semua elemen. Jika itu dilakukan, pasti lahir sikap optimistis. Muaranya adalah cara pandang positif. Selama ini masyarakat mulai lelah. Sebab, informasi yang mereka dapatkan negatif. Sebisa mungkin itu harus dikurangi. ”Saat ini lebih penting membangun semangat positif,” katanya.
Nurul menegaskan, fenomena Covid-19 ini telah mengakibatkan trauma bagi banyak orang. Terutama pionir di garis depan. Misalnya, tenaga kesehatan. Karena itu, mereka memerlukan penguatan. Mereka harus didukung secara psikologis. Dengan begitu, fokus mereka semakin baik dalam menghadapi new normal ke depan.
New normal adalah kondisi baru dengan kebiasaan baru. Diperlukan pikiran yang jernih. Itu semua bisa dimulai dari diri sendiri, kebijakan yang tepat, dan dukungan semua pihak. ”Pikiran positif akan melahirkan energi positif,” tutur Nurul.