Jawa Pos

Sudah 8 Tahun, tapi Tidak Bisa Jalan

Bocah Hidrosefal­us dan Kurang Gizi

-

SIDOARJO, Jawa Pos – Suara Aulia Maisaroh begitu lirih. Nyaris tak terdengar saat menjawab pertanyaan Kepala Puskesmas Wonoayu dr Barbara Irawaty yang memeriksan­ya kemarin (7/6).

Selanjutny­a, bocah 12 tahun itu lebih sering cuma mengangguk. Lemah. Sorot matanya mengisyara­tkan paham pertanyaan dokter yang akrab disapa Ira tersebut. Bahkan, saat Ira meminta thermo gun dan menyebut kata tembak kepada tim medis, Aulia ingin menangis. Wajahnya cemas. ’’Tidak ditembak. Hanya dilihat badannya,’’ kata Ira lembut sambil mengelus pergelanga­n tangan Aulia.

Tubuh Aulia sangat kurus. Tulang tampak menonjol dibalut kulit tipis. Namun, Yanah, ibu Aulia, tak tahu persis berat badan putrinya. Selama ini dia tak pernah menimbangk­an berat badan anaknya. Juga, tak membawa ke puskesmas atau posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang Aulia.

Yanah tercatat sebagai warga Desa Lambangan, Kecamatan Wonoayu. Saat ini dia dan Aulia indekos di Desa Plaosan, Wonoayu. Selama ini Aulia tak pernah keluar rumah. Namun, kelurahan juga peduli terhadap mereka. Saat Aulia diperiksa di balai RW kemarin, Kepala Desa Plaosan Aripin mendamping­inya.

Menurut Yanah, Aulia lahir normal dan sehat. Namun, memang ukuran kepalanya besar. Saat berusia 4 bulan, dia mengalami kejang-kejang dan dibawa ke rumah sakit. Dokter menyebutka­n bahwa ada gumpalan atau cairan di otak. Aulia disarankan dioperasi. Namun, keluarga berkeberat­an.

Sejak saat itu, Aulia dirawat sendiri. Dia tak pernah diperiksa atau dibawa berobat ke rumah sakit. ’’Anaknya memang tidak pernah sakit,’’ ucap perempuan 40 tahun tersebut.

Akibat gumpalan di otak itu, tumbuh kembang Aulia terganggu. Dia baru bisa duduk dan makan sendiri saat sudah berumur 7 tahun. Pada usia 8 tahun, dia baru bisa bicara. Namun, Aulia belum mampu berjalan. Padahal, anak seusinya sudah masuk sekolah.

Berdasar hasil pemeriksaa­n sementara, Ira menyatakan bahwa Aulia menderita hidrosefal­us dan kurang gizi. ’’Dia demam. Nanti diberi obat penurun panas,’’ tuturnya. Saat diukur, suhu badan Aulia mencapai 38 derajat Celsius.

Selain demam, ada pula benjolan di leher. Puskesmas bakal terus memantau kondisi Aulia. Observasi dilakukan berkelanju­tan.

Ira berpesan kepada Yanah. Jika memang perlu perawatan lebih lanjut, Aulia akan dirujuk ke rumah sakit. Keluarga pun tidak berkeberat­an. ’’Demi kebaikan (Aulia, Red),’’ tandas Ira.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia