35 Warga Satu Desa Diserang Chikungunya
TAK hanya disibukkan dengan penanganan pandemi virus korona, warga di sejumlah wilayah di Jatim juga tengah menghadapi serangan penyakit lain.
Di Banyuwangi, salah satu yang diwaspadai adalah chikungunya. Wabah paling parah terjadi di Kecamatan Singojuruh, tepatnya Desa Alasmalang. Hingga kemarin, 35 warga diserang penyakit tersebut.
Puluhan warga yang terjangkit chikungunya itu tersebar di tiga RT Dusun Garit. ”Persebarannya sangat cepat. Dalam dua pekan, banyak warga yang terserang,” ujar Kepala Dusun (Kasun) Garit Slamet Suhardi.
Kepala Puskesmas Singojuruh Pri Bintoro menjelaskan, penyakit itu disebabkan jenis nyamuk yang sama. Namun, chikungunya berbeda dengan demam berdarah. ’’Jenis nyamuk sama, tetapi virusnya berbeda. Gejalanya juga berbeda,’’ katanya.
Dia mengungkapkan, perbedaan chikungunya dengan DBD terletak pada gejala yang muncul dan lama korban terserang. Untuk chikungunya, ada rasa nyeri pada bagian belakang mata, daerah perut, dan otot. Gejala lainnya ialah demam, kelelahan, dan nyeri pada persendian. ’’Masanya tidak begitu lama, sedangkan penularannya sama, yaitu akibat gigitan nyamuk jenis Aedes aegypti atau Aedes albopictus,’’ tuturnya kepada Jawa Pos Radar Genteng.
Yang juga masih jadi momok adalah DBD. Di beberapa daerah di Jatim, wabah itu masih melanda. Salah satunya Pacitan. Tercatat, ada 867 kasus DBD selama Januari hingga Mei tahun ini. Enam penderita di antaranya dilaporkan meninggal. ”Namun, untuk saat ini mulai melandai,” kata Plt Kepala Dinkes Pacitan dr Hendra Purwaka.