Peserta Sakit Otomatis Gagal UTBKSBMPTN
JAKARTA, Jawa Pos – Ujian tulis berbasis komputer (UTBK) dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) dilaksanakan pada 5–12 Juli. Hanya peserta sehat yang diizinkan mengikuti ujian.
Ketua Pelaksana Eksekutif Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Budi Prasetyo menyatakan, peserta yang sudah datang ke lokasi ujian dan terdeteksi sakit saat diperiksa langsung dinyatakan gugur. Dia tidak diperkenankan mengikuti ujian dan tidak ada ujian susulan. Syarat tersebut menjadi ketentuan yang ditetapkan LTMPT sejak awal pendaftaran. ’’Karena kami tidak ingin ada klaster baru, klaster UTBK,’’ ungkapnya dalam diskusi
online kemarin (8/6).
Budi menegaskan, protokol kesehatan diterapkan ketat. Pihaknya terus berkoordinasi dengan satgas Covid-19 pusat dan daerah. Sudah ditetapkan persyaratan sehat dengan protokol pengukuran suhu tubuh peserta, pengaturan jarak meja komputer, dan kewajiban memakai masker. Prasyarat itu bisa ditambah jika ada perintah dari satgas Covid-19 daerah. Misalnya, tidak cukup hanya memakai masker, tetapi juga sarung tangan. Jadi, ketetapan tersebut harus dilakukan.
Koordinasi itu termasuk ketetapan izin pelaksanaan UTBK di wilayah tersebut. Budi menjelaskan, jika saat tanggal pelaksanaan masih ada daerah yang tidak mengizinkan ujian secara langsung, ujian bisa ditunda. ’’Misalnya, masih di zona hitam atau merah. Nah, itu ya pasti kami akan ambil kebijakan, sementara tidak akan kami lakukan pelaksanaan UTBK dulu,’’ paparnya.
Budi turut menyinggung soal ujian. Bukan hanya tentang tidak adanyatespotensiakademik(TPA), tetapijugajenissoalbahasaInggris pada tes potensi skolastik (TPS). Budimenegaskanbahwakemunculan soal berbahasa Inggris ini bukanuntukmenilaikemampuan seseorangdalamberbahasaInggris. ’Ituhanyabagiandariempatsubtes, di salah satunya. Jumlahnya juga tidak banyak. Ya, kira-kira 15–20 persen,’ ujarnya.