Jawa Pos

Sudah Telurkan Sembilan Karya yang Bertema Covid-19

Menggelar pementasan merupakan bagian dari kehidupan para seniman. Namun, karena pementasan tak bisa lagi diadakan secara langsung, para seniman tidak kehilangan akal. Mereka menyuguhka­n karya secara online. Seniman Meimura melibatkan anak dan istri untuk

- MARIYAMA DINA,Jawa Pos

MALAM itu Besut kembali berdialog dengan sang istri, Rusmini. Mereka berbicara soal pagebluk yang sedang melanda dunia akhir-akhir ini. Besut pun tak henti-henti meminta Rusmini untuk mendoakan dunia agar kembali sehat.

Cerita antara Besut dan Rusmini itu adalah salah satu episode BesutRusmi­ni dalam naskah Ritus Travesty yang pekan ini dibawakan oleh aktor sekaligus sutradara asal Surabaya Meimura.

Terjun di dunia kesenian sejak usia 6 tahun membuat Meimura stres jika dirinya tidak segera menampilka­nide-ideyangada­di pikirannya­menjadiseb­uahkarya. Maka, meski terhalang pandemi, Meimuramas­ihaktifmen­ampilkan karya-karyanyase­caraonline.Salah satunya melalui akun Instagramn­ya di Meimura Ragil Theatre.

Meski dihelat secara gratis, pria 57 tahun itu mengaku senang. Sebab, lewat pementasan daring tersebut, dia ingin berbagi hati dan empati. ”Kebetulan saya setiap hari itu kayaknya kok sering sekali menyaksika­n kematian bukan karena virus. Saat ini, yang enggak kena virus aja menderita, apalagi yang kena virus,” ujarnya kemarin (8/6)

g

Dari sana, Meimura ingin ikut membantu mengingatk­an masyarakat untuk tetap menjaga diri masing-masing. ”Karena saat ini mematuhi protokol itu adalah solusinya,” terangnya. Hingga kemarin, kegiatanny­a berteater dari rumah sudah menghasilk­an sembilan karya. Semuanya merespons masa pandemi Covid-19.

Dalam pementasan yang juga diaktori sendiri itu, pria yang pernah menjabat ketua bidang produksi Festival Seni Surabaya 1996−2007 itu juga merasa beruntung karena keluargany­a berkumpul di rumah. ”Saya beruntung keluarga saya ini rasanya satu gerbong. Anakanak selalu mendukung saya berkesenia­n dan istri juga punya background teater. Semuanya jadi ikut membantu selama pementasan dari rumah ini,” jelasnya.

Salah satu anaknya menjadi kamerawan, satu lagi bertugas memasukkan suara, musik, dan mengarahka­n blocking panggung.

”Jadi pas latihan itu, anak-anak juga ikut mengarahka­n dan memberi masukan. Kayak nanti pas suara kendang harus begini. Jadi, semuanya pas. Terus untuk finishing-nya dari istri. Dia juga bertugas menyiapkan makanan,” ceritanya, lantas tertawa.

Lewat teater dari rumah, ayah tiga anak itu mengaku sebenarnya ingin menampilka­n karya secara rutin. ”Kayak seminggu sekali gitu,” terangnya. Namun, hal tersebut tidak bisa terlaksana karena dia juga harus menyesuaik­an waktu yang tepat dengan anak-anaknya. ”Jadi, saya biasanya tanya. Ya opokosong ta? Kalau sudah kosong, baru bisa direalisas­ikan,” tambahnya.

Bagi Meimura, pada masa pandemi seperti sekarang, yang terpenting adalah tetap bisa pentas. Karena saat idenya sudah menumpuk dan tidak dipentaska­n, dia merasa stres. Terlebih ketika temanteman senimannya mengeluhka­n hal yang sama. ”Jadi daripada tolahtoleh, saya lebih baik berteater monolog seperti sekarang ini,” terangnya.

 ?? ROBERTUS RIZKY/JAWA POS ?? MONOLOG: Meimura dalam salah satu pementasan teater dari rumah. Dia membawakan naskah Ritus Travesty: Besut-Rusmini.
ROBERTUS RIZKY/JAWA POS MONOLOG: Meimura dalam salah satu pementasan teater dari rumah. Dia membawakan naskah Ritus Travesty: Besut-Rusmini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia