Langsung Isolasi tanpa Tunggu Hasil Lab
Usul Kajian BBTKLPP jika PSBB Diakhiri
SURABAYA, Jawa Pos − Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) punya dua proposal pada hari terakhir pemberlakuan pembatatasan sosial berskala besar (PSBB). Masing-masing menjabarkan skema yang bisa dilakukan pemerintah ketika PSBB dilanjutkan atau PSBB dihentikan dan diberlakukan new normal atau tatanan normal baru.
Kepala BBTKLPP Surabaya Rosidi Roslan mengatakan, skema tersebut merupakan hasil kajian BBTKLPP mulai PSBB tahap I pada 19 Maret hingga kemarin (8/6). Metode kajian itu, lanjut dia, menggunakan analisis data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur.
”Dari situ kami sampaikan dua rekomendasi. Jika diperpanjang dan jika tidak diperpanjang. Semua ada konsekuensinya,” jelasnya kemarin. Jika PSBB tidak diperpanjang, yang penting adalah intensitas aktivitas surveilans harus ditingkatkan. Jika menemukan klaster baru, tracing wajib dilaksanakan dengan ketat. ”Langsung isolasi wilayah terbatas tanpa menunggu hasil laboratorium,” ujarnya.
Menurut dia, langkah itu terbilang efektif mencegah penularan dan persebaran Covid-19. Vietnam berhasil dalam menanggulangi penularan virus tersebut. Dia mengungkapkan, keberhasilan Vietnam mencegah kematian disebabkan mereka mampu melacak kontak orang yang terinfeksi. Dengan demikian, orang yang terlacak itu langsung diberi pembatasan pergerakan secara berurutan.
”Pemerintah sudah melakukan itu. Tapi, harus lebih ditingkatkan lagi. Apalagi sekarang didukung dengan Kampung Wani Covid itu,” paparnya.
Selain itu, pelacakan kontak erat oleh surveilans harus dilakukan hingga kelompok masyarakat berisiko atau warga yang memiliki comorbid alias penyakit penyerta. Caranya, melakukan karantina mandiri agar risiko kematian bisa diturunkan.
Selain itu, pria yang pernah menempuh master of public health di Australia tersebut mengungkapkan, jumlah kasus konfirmasi positif mulai pra-PSBB hingga PSBB ketiga menunjukkan peningkatan pada masa PSBB kedua di Surabaya Timur. Jumlahnya lebih tinggi daripada kawasan lain, yakni 473 kasus.
”Itu yang di Surabaya Timur jika tracing kasus dan kontak eratnya baik, tentu banyak ditemukan kasus positif. Sehingga lebih mudah mengontrolnya,” jelasnya. Kemudian, yang perlu dievaluasi adalah tracing kasus dan kontak erat di Surabaya Barat dan Pusat. ”Karena PSBB kedua itu rata rata naik dari yang pertama dan ketiga,” imbuhnya.
Ketika disinggung jika PSBB Surabaya Raya diperpanjang, dia menyebut pengawasan kepatuhan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan harus diperketat. Juga, pengoptimalam dan pemberdayaan Kampung Wani Covid di setiap RT dan RW di masing-masing kelurahan.