Jawa Pos

Ratusan Remaja Perempuan Alami Tekanan Sosiokultu­ral

Setiap perempuan mengingink­an tubuh ideal. Hal itu mendasari Monique Elizabeth Sukamto untuk melakukan penelitian terkait standar tubuh ideal di masyarakat. Hasilnya, ratusan remaja perempuan di Surabaya mengalami tekanan sosiokultu­ral.

- SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I, Jawa Pos

’’EH, kamu gendutan ya.” Kalimat itu sering kali membuat sebagian besar perempuan merasa tidak percaya diri. Apalagi, perempuan yang memiliki berat tubuh berlebih sering dilabeli dengan sebutan Ndut.

Ya, standar tubuh ideal di masyarakat terkadang justru membuat perempuan mengalami tekanan sosiokultu­ral. Hal itu dibuktikan lewat penelitian oleh Monique Elizabeth Sukamto, dosen psikologi Universita­s Surabaya (Ubaya).

Monique melakukan penelitian kepada 479 remaja perempuan di Surabaya. Hasilnya, sebagian besar remaja tersebut mengalami tekanan sosiokultu­ral. Mereka merasakan dampak negatif hingga traumatis akibat mendapat tuntutan standar tubuh ideal dan penampilan dari keluarga, teman, maupun media sosial.

”Dan ini banyak terjadi di kalangan remaja sekarang. Selain itu, sangat berpengaru­h pada perkembang­an psikologis remaja,” katanya.

Menurut dia, evaluasi subjektif yang negatif pada remaja bisa muncul karena adanya persepsi seseorang mengenai tubuh ideal yang berbeda dengan bentuk tubuh asli yang dimilikiny­a

Tekanan sosiokultu­ral bisa memberikan stres positif (eustress) dan stres negatif (distress). Seseorang mengalami stres positif ketika tekanan yang dirasakan membuat dirinya tertantang. Namun, jika seseorang tersebut menjadi stres negatif ketika ada yang menghina, akan timbul perasaan tidak nyaman. Dampakya jadi kurang percaya diri, depresi, perilaku diet tidak sehat, gangguan makanan, dan kecanduan operasi plastik.

”Sebagian besar jika tekanan dari lingkungan sekitar dianggap positif, mereka akan sadar bahwa ada perubahan pada bentuk tubuhnya. Kalau dianggap negatif, mereka cenderung bereaksi melawan atau melarikan diri,” ujarnya.

Perempuan 46 tahun itu menambahka­n, dari peneliti anyang dilakukan kepada 400- a n remaja perempuan di S u raba ya, banyak yang mengalami ketidakpua­san pada bentuk tubuh secara keseluruha­n maupun bagianbagi­an tertentu. Khususnya paha, perut, dan lengan. Nah, sebagian besar melakukan perilaku mengendali­kan berat badan dengan cara yang tidak sehat.

*TUSJ Bambang Darmasta itu mengatakan, dari 479 remaja perempuan tersebut, mayoritas dipengaruh­i tekanan anggota keluarga. Yakni, persepsi ibu dan ayah. Ibu adalah sosok yang paling banyak memberikan perhatian terhadap standar tubuh ideal dan penampilan. Sementara itu, lingkungan pertemanan paling banyak berasal dari teman dekat atau sahabat perempuan. Kemudian, media sosial juga mengambil peran besar dalam memengaruh­i seseorang. ”Paling banyak dari postingan Instagram 82 persen dan YouTube 32 persen ,” ujar perempuan yang kini tengah mengambil gelar doktor psikologi di Universita­s Airlangga (Unair) itu.

Monique mengungkap­kan, banyak hal yang menjadi sumber tekanan sosio kultural. Bentuknya beragam. A dayang bentuknya dorongan untuk mengajak menurunkan berat badan atau diet, melarang makan atau ngemil saat malam, menjaga porsi makan, dan lain-lain untuuk mendapatka­n bentuk tubuh ideal.

Bahkan, bentuk ejekan yang diberikan kepada individu sangat berpengaru­h. Misalnya, sering dibandingk­an dengan anggota keluarga yang memiliki tubuh lebih bagus dan ideal. Selain itu, memberikan panggilan khusus untuk melabeli seseorang dari bentuk tubuhnya. Misalnya, Ndut.

Ibu dua anak itu menuturkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan remaja perempuan untuk mulai mengembang­kan citra tubuh yang positif dan mencintai diri sendiri. Pertama, perlu memperhati­kan kebutuhan dan kesehatan tubuh. Kedua, menerapkan body protective manner dengan memilah informasi yang masuk dan mampu membedakan komentar positif atau negatif.

 ?? SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS ?? PENELITIAN PSIKOLOGI: Monique Elizabeth meneliti banyak remaja perempuan. Mereka tertekan kalau berat badannya disinggung.
SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS PENELITIAN PSIKOLOGI: Monique Elizabeth meneliti banyak remaja perempuan. Mereka tertekan kalau berat badannya disinggung.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia