Jawa Pos

Diwejangi Yon, Yok, dan Nomo agar Bikin Lagu dari Hati

Saat P Plus terbentuk tiga tahun lalu, para personelny­a masih duduk di bangku SMP. Kini mereka telah menguasai 120 lagu dan kukuh mempertaha­nkan orisinalit­as Koes Plus.

- ANA R. DEWI, Jogjakarta-SHAFA NADIA, Jakarta, Jawa Pos

SAAT Irfan Affandy lahir pada 5 Juli 2001, Koes Plus sudah merilis sekitar 85 album. Telah mengalami sebelas kali pergantian formasi. Tonny Koeswoyo sudah 14 tahun berpulang. Dan Yok Koeswoyo tidak lagi aktif di band yang bercikal bakal di Tuban, Jawa Timur, itu

Padahal, Irfan tertua di Phenotip Plus alias P Plus, band pelestari lagu-lagu Koes Plus dari Bantul, Jogjakarta. Jadi, bisa dibayangka­n betapa jauh jarak zaman antara cah-cah asal Desa Melikan Lor itu dengan band yang mulai dikenal pada 1960an tersebut.

Tapi, dengan fasihnya Irfan bisa bicara soal akord Koes Plus yang disebutnya ”miring-miring”. Atau Septyaji Dharma, sang drumer sekaligus personel termuda P Plus, yang mengungkap­kan bagaimana tak mudahnya dirinya mencari ropel atau fill in di setiap lagu Koes Plus agar lebih mirip dengan rekaman asli.

Itu bukti kesekian betapa pengaruh Koes Plus melintas zaman, melintas generasi. Cara mereka mengharmon­isasi musik, cara mereka menulis lirik, tak lekang dimakan zaman. Band garage rock Kelompok Penerbang Roket, misalnya, termasuk pengagum mereka. Terutama lagu Kelelawar, yang kala pertama dirilis pada 1969 sempat seret di pasar.

”Kami awalnya iseng karena sedang belajar tentang musik. Tapi, lama-lama kami ingin juga mengeksplo­r bakat kami,” ujar Irfan (lead guitar dan keyboard) kepada Jawa Pos Radar Jogja.

Phenotip yang dalam bahasa fisika berarti keturunan atau kemiripan itu berdiri sejak 2016, saat Irfan, Dharma, Pradipta Perisai (bas), dan Setiawan (vokal/rhythm masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Sejak kecil empat sekawan yang berasal dari desa yang sama itu memang sering mendengark­an lagu-lagu Koes Bersaudara/Koes Plus. Kebetulan, dalam kurun 1999 hingga 2012 di Bantul sempat terbentuk grup band pelestari Koes Plus lain, yakni Ngak Ngik Ngok Band.

Kala itu Ngak Ngik Ngok menjadi band kebanggaan Bumi Projo Tamansari, julukan Bantul. Base camp atau studio yang dipakai P Plus saat ini juga studio milik Ngak Ngik Ngok.

Ngak-ngik-ngok adalah sebutan Presiden Soekarno untuk musik Barat. Itu terlontar dalam pidato peringatan Hari Kemerdekaa­n Indonesia pada 17 Agustus 1959. Dan, sebagai bagian upaya memerangi pengaruh imperialis­me Barat pula, keluarlah Penetapan Presiden Nomor 11 Tahun 1963 tentang larangan musik ngakngik-ngok.

Dianggap melanggar larangan itu, Tonny, Nomo, Yon, dan Yok Koeswoyo –yang kala itu masih berbendera Koes Bersaudara– ditahan kejaksaan pada 4 Juni 1965. Musik mereka juga dilarang diputar. Tapi, kepada Budi Setiyono yang menulis reportase panjang bertajuk Ngak Ngik Ngok, Yok menyebut penahanan itu sebenarnya bagian dari misi negara dalam kaitan konfrontas­i dengan Malaysia.

Di mata Irfan, akord yang dimainkan Koes Plus sedikit berbeda dari grup band lain. Terutama dari segi harmonisas­i. Harmonisas­i itu pula yang membuat karya-karya Koes Plus awet sepanjang masa.

Gaya permainan P Plus secara keseluruha­n plek dengan aslinya. Ketukan drum khas Murry, misalnya, berhasil direplika Dharma. Dia mengaku selalu berusaha memainkan style drum semirip mungkin. ”Menjaga orisinalit­as lagu itu yang sulit,” kata Dharma yang dihubungi Jawa Pos Radar Jogja secara terpisah.

Dibanding grup band lain, ketukan drum Murry di Koes Plus sangat bervariasi. Juga memiliki ciri khas tersendiri. Misalnya, dalam beberapa part ketukan diisi menggunaka­n kick drum. Padahal, pada grup musik umumnya, ketukan diisi menggunaka­n snare drum.

Sejauh ini sudah sekitar 120 lagu Koes Plus yang mereka kuasai. Kuingat Selalu dan Senang-Senang Bergembira termasuk lagu-lagu favorit mereka.

Sebagaiman­a band profesiona­l, P Plus juga punya manajemen dan seksi dokumentas­i. Jam terbang mereka pun lumayan tinggi. Sejumlah kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat serta Jakarta telah mereka rambah. ”Ya, kami terus belajar saja untuk mengulik lagu. Terus berlatih agar bisa semakin mirip lagi,” kata Irfan.

Di beberapa kesempatan berbeda, semua anggota P Plus sempat bertemu personel Koes Plus. Pertama, di acara Golden Memories di Jogja, mereka bertemu Yon Koeswoyo. Lalu bertemu Yok Koeswoyo di acara Gebyar Lagu Koes Plus di Solo. Irfan dkk juga sempat sowan ke rumah Nomo Koeswoyo (drumer Koes Bersaudara) di Magelang.

BendGo, band pelestari Koes

Plus lainnya, malah mendapat kehormatan karena peluncuran album mereka, Tradisi Pertiwi, dihadiri langsung Yok. ”Ini yang saya tunggu. Nggak nyangka, ada pelestari yang bisa bikin saya suka. BendGo sama dengan Koes Plus dan semoga bisa jadi penerus Koes Plus,” ujar Aritonang, rhythm guitarist sekaligus vokalis BendGo, menirukan ucapan Yok, sang pemain bas Koes Plus.

Selain Tonank, sapaan akrab Aritonang, BendGo beranggota Kusnandar (lead guitar sekaligus vokal), Alung (keyboard, bas, dan vokal), serta Ipang (drum). BendGo merupakan kependekan dari Bendungan Jago, yang diambil dari nama jalan base camp pertama mereka di daerah Jakarta Pusat.

”Waktu itu masih pakai rumah Tono, mantan personel BendGo yang sebelumnya,” kata Tonank, seraya menambahka­n bahwa mereka kemudian pindah ke rumahnya di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Seharusnya di bulan ini BendGo kembali menggarap double album. Di dalamnya terdapat lagu yang diciptakan untuk Koes Plus yang berjudul Koeswoyo Murry. ”Koes Plus tak akan bisa digantikan siapa pun. Kalau kami, BendGo, menciptaka­n karya untuk meneruskan semangat dari Koes Plus,” katanya.

Dharma juga tak bisa lupa wejangan para personel Koes Plus yang pernah mereka temui. ”Yang paling kami ingat, kalau kami membuat lagu dari hati, pasti akan sampai juga ke hati,” ungkapnya.

 ?? BENDGO FOR JAWA POS ?? LINTAS GENERASI: BendGo menulis satu lagu bertajuk Koeswoyo Murry. Foto kanan, Pradipta (kiri), Irfan (dua dari kiri), dan Dharma (kanan) saat bersama Nomo Koeswoyo (tengah).
BENDGO FOR JAWA POS LINTAS GENERASI: BendGo menulis satu lagu bertajuk Koeswoyo Murry. Foto kanan, Pradipta (kiri), Irfan (dua dari kiri), dan Dharma (kanan) saat bersama Nomo Koeswoyo (tengah).
 ?? P PLUS FOR JAWA POS RADAR JOGJA ??
P PLUS FOR JAWA POS RADAR JOGJA

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia