Berlatih Ikhlas dan Merasa Bersyukur Bisa Sambut Cucu Ketiga
Supriyanto ingat betul detikdetik ketika mendengar dan membaca informasi tentang keputusan peniadaan ibadah haji tahun ini. Saat itu, dia mengikuti perkembangan melalui salah satu stasiun televisi nasional. Bagi dia, informasi itu benar-benar mengejutkan. Tapi, dia telah berusaha menata hati untuk menerima keputusan tersebut sejak April.
”Tahunya dari berita kalau dua kota suci di-lockdown sama (Arab) Saudi. Dari situ mulai belajar ikhlas,” ucap Supriyanto yang seharusnya berangkat ke Tanah Suci bersama kloter (kelompok terbang) 2 Bandara Juanda. Sejak saat itu, Supriyanto berusaha pasrah dan berpikir positif. Sebab, menurut dia, keputusan lockdown oleh pemerintah Arab Saudi tersebut merupakan langkah yang tegas untuk memutus mata rantai persebaran virus korona baru.
Berita-berita tentang Makkah dan ibadah haji selalu dicarinya. Untuk mengobati kerinduan terhadap Masjidilharam dan Makkah, dia selalu mengikuti streaming di YouTube. ”Mulai Mei itu saya sudah meyakini kalau tidak bakal dilanjut. Kalaupun dibuka, risiko dan mudaratnya jauh lebih besar,” jelas supervisor salah satu pabrik di Waru itu. ”Eh ternyata benar, ditiadakan. Awalnya tidak percaya, tapi ya sudah,” imbuhnya sembari memandang live streaming situasi Kakbah.
Dia juga mencoba untuk menenangkan hati. Salah satu alasan rasional yang dia pikirkan adalah tentang persiapan pelaksanaan haji jika tetap dilanjutkan. Tidak mungkin dipersiapkan hanya dalam waktu singkat. Belum lagi untuk transportasi, penginapan, makanan sehari-hari, kata dia, pasti ada sterilisasi seperti di Indonesia.
Karena itu, alih-alih khusyuk malah bingung dengan langkah antisipasi persebaran virus jika ibadah haji tetap terselenggara. ”Belum lagi tenaga kesehatannya. Ya, lebih baik ditutup saja sampai benar-benar aman,” ujarnya.
”Saya yakin Gusti Pangeran menuntun kita dalam hal yang baik. Ada rencana yang lebih baik lagi dari-Nya,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, ada hikmah dari setiap peristiwa. Selain untuk belajar lebih tekun, dia berpeluang besar bisa melihat cucu ketiganya lahir.
”Alhamdulillah, saya bisa dampingi anak saya melahirkan nanti. HPL (hari perkiraan lahir) diprediksi akhir Agustus. Ini yang saya syukuri,” tuturnya, lantas tertunduk. Bagi Supri, berada di sisi anak yang melahirkan itu kebahagiaan tersendiri.
Jika berangkat akhir Juli nanti, tentu dia tidak bisa bertemu dan melihat jabang bayi dari anak perempuan keduanya itu. Namun, karena keberangkatan ditunda, dia kini jauh lebih bersyukur. Ketika disinggung tentang perkembangan haji dan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang membuat pemerintah Saudi mengkaji untuk mengurangi jumlah jamaah hingga sekitar 100 ribu orang, dia tetap berpikir positif.
Menurut dia, adanya virus yang menyerang saluran pernapasan itu tetap patut disyukuri. Beruntung, kata dia, umat manusia ini masih diberi virus. Artinya, manusia masih bisa berupaya untuk menanggulangi persebaran virus tersebut. Bagaimana, lanjut dia, jika Allah memberi ujian lainnya.
”Ndanio loh, untung ini masih Covid. Gimana kalau yang lain? Sudahlah, bagi saya, ini momen memperbaiki diri dan lebih mensyukuri hidup,” jelas Supriyanto sembari mendengarkan informasi dari handy talkie di posko pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Balai Desa Janti.