Jawa Pos

IDI Sebut Puluhan Dokter Surabaya Terpapar Covid-19

-

TENAGA medis rentan tertular Covid-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, ada puluhan dokter di Surabaya yang terpapar penyakit yang disebabkan virus itu. Tiga di antaranya meninggal dunia.

Termasuk dr Miftah Fawzy Sarengat, dokter yang tengah menempuh program pendidikan dokter spesialis (PPDS) penyakit dalam di RSUD dr Soetomo yang meninggal pada Rabu pagi (10/6).

Istrinya yang juga dokter pun terkonfirm­asi Covid-19 dan kini sedang dirawat di ruang isolasi khusus (RIK) RSUD dr Soetomo.

”Kondisi istri almarhum dr Miftah cukup stabil,” kata Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD dr Soetomo dr Pesta Parulian SpAn kemarin (11/6)

Pesta menuturkan, keluhan yang dirasakan istri Miftah adalah batuk-batuk. Tim dokter terus melakukan pemantauan. ”Mudah-mudahan survive dan cukup kuat untuk sembuh, kita doakan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua IDI Surabaya dr Brahmana Iskandar mengatakan, sudah banyak dokter di Surabaya yang terpapar Covid-19. Sebagian besar sudah sembuh. Sebagian masih dirawat di RSUD dr Soetomo dan Rumah Sakit Universita­s Airlangga (RSUA). ”Yang meninggal hingga saat ini tercatat ada tiga dokter. Termasuk dr Miftah, seorang residen dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr Soetomo,” katanya.

Brahmana menuturkan, saat ini dokter yang terpapar Covid-19 dan masih dirawat di rumah sakit ada 3–4 orang. Termasuk istri Miftah. Kondisinya stabil. ”Istri dr Miftah ini bertugas di RS Husada Utama. Dokter umum bisa ditugaskan berpindah-pindah. Kadang bisa di IGD (instalasi gawat darurat),” ujarnya.

Menurut Brahmana, dokterdokt­er yang terpapar Covid-19 tidak harus yang merawat langsung pasien Covid-19. Kini justru banyak kasus dokter yang terpapar adalah mereka yang tidak merawat pasien Covid-19 langsung. ”Mereka bisa terpapar dari berbagai sumber. Pekerjaann­ya sangat berisiko terpapar. Bisa dari pasien dan penunggu pasien umum yang ditangani,” jelasnya.

Brahmana menuturkan, yang harus diketahui banyak orang, risiko dokter terpapar Covid-19 lebih besar daripada masyarakat pada umumnya. Pandemi Covid-19 terdeteksi di Indonesia sejak awal Maret. Sejak itu pula para dokter di-push untuk bekerja keras. Kemungkina­n terpapar virus SARS-CoV-2 makin tinggi dan lama. ”Mereka sejak awal Maret sudah bekerja keras. Secara manusiawi ada yang lelah,” ujarnya.

Sebab itu, rumah sakit harus melihat jam kerja dokter yang bertugas. Sebab, jumlah dokter terbatas. Jika mereka bekerja dengan keras, paparannya tinggi dan dalam waktu lama sangat berisiko. ”Meskipun dokter yang tidak langsung menangani pasien Covid-19. Contohnya, dokter ada di poliklinik, pasien yang datang tidak semuanya melalui skrining.

”Apakah semua pasien umum yang datang ke poliklinik diskrining? Kan tidak. Sehingga paparan virus terhadap dokter besar. Sebab, dokter tidak tahu pasien mana yang positif dan tidak,” ujarnya.

Brahmana menambahka­n, setidaknya untuk mengurangi risiko terpaparny­a Covid-19 ke dokter, harus ada skrining semua pasien. Dan, pemerintah makin banyak melakukan tes Covid-19 dan tracing ke masyarakat.

”Selain itu, harus dilengkapi APD yang standar dengan cara pemakaian dan pelepasan yang benar. Pakai APD kalau cara memakai dan melepasnya tidak benar juga risiko terpapar,” ujarnya.

 ?? HUMAS KABUPATEN KEBUMEN ?? SYUKURAN: Yazid Mahfudz (tengah) dan Sarimun (kiri) saat dicukur di Alun-Alun Kebumen kemarin. Foto kanan, Forkopimda Kebumen sujud syukur di Masjid Agung Kauman, Kebumen.
HUMAS KABUPATEN KEBUMEN SYUKURAN: Yazid Mahfudz (tengah) dan Sarimun (kiri) saat dicukur di Alun-Alun Kebumen kemarin. Foto kanan, Forkopimda Kebumen sujud syukur di Masjid Agung Kauman, Kebumen.
 ??  ??
 ?? GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS ?? Sumber: Rapat dengar pendapat di DPR, diolah
GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS Sumber: Rapat dengar pendapat di DPR, diolah

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia