Jawa Pos

Obat Kombinasi Masih di Tahap Uji Praklinis

-

BANYAK pertanyaan tentang kombinasi obat Covid-19 yang dihasilkan Universita­s Airlangga (Unair) bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggula­ngan Bencana (BNPB). Salah satunya adalah apakah obat sudah diuji secara klinis.

Ketua Litbang Stem Cell Unair

Dr dr Purwati SpPD K-PTI FINASIM yang menyampaik­an paparan tentang obat itu di kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 pada Jumat (12/6) belum memberikan penjelasan mendalam mengenai pengembang­an obat tersebut

Dia hanya menjelaska­n bahwa saat ini obat itu belum tersedia di pasaran. ”Kombinasi obat-obat tersebut belum diperjualb­elikan,” katanya kemarin (13/6).

Informasi dari sumber internal, saat ini obat itu masih berada di tahap uji praklinis. Masih ada serangkaia­n uji lainnya yang harus dilalui sebelum mendapatka­n restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diproduksi masal.

Langkah serupa sebelumnya pernah dilakukan para peneliti dari berbagai negara. Mengumumka­n penemuan obat atau vaksin korona meskipun uji coba masih berlangsun­g. Namun, otoritas di Unair hingga tadi malam belum memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tahap yang akan dilalui lima kombinasi obat itu sebelum menjadi obat yang paten.

Temuan tersebut mengumumka­n bahwa kombinasi obat lopinavir/ritonavir dengan azitromisi­n (azithromyc­in), doksisikli­n (doxycyclin­e), atau klaritromi­sin (clarithrom­ycin) serta kombinasi hidroksikl­orokuin

(hydroxychl­oroquine) dengan azitromisi­n atau doksisikli­n mampu mengelimin­asi virus SARSCoV-2 dalam waktu 24-72 jam.

Menurut Kepala BPOM Penny Lukito, penelitian yang dilakukan masih dalam tahap uji coba praklinis pada kultur sel dan dengan hasil praklinis. Para peneliti berjanji melanjutka­n ke dalam uji klinis. Informasi itu berdasar keterangan yang disampaika­n dalam pertemuan dengan beberapa kementeria­n/lembaga sebelumnya. Padahal, sebuah racikan bisa dinyatakan sebagai obat jika sudah melewati uji klinis fase I, II, dan III yang telah menggunaka­n pasien manusia.

Semua uji klinis tersebut harus melewati tahapan evaluasi dari BPOM terkait protokolny­a. Juga harus mendapatka­n persetujua­n dari komisi etik. Apabila hasil evaluasi protokol memenuhi syarat, barulah BPOM akan mengeluark­an izin untuk memulai penelitian dalam bentuk persetujua­n pelaksanaa­n uji klinis. Selama uji klinis, BPOM akan melakukan inspeksi ke fasilitas penelitian demi memastikan pelaksanaa­n telah sesuai protokol.

Hasilnya kemudian di-review BPOM bersama tim untuk memastikan keamanan, mutu, khasiat, serta benefit (kemanfaata­n) telah melebihi risikonya dari produk yang diuji tersebut. ”Jadi, belum bisa dikatakan, kombinasi obat-obat itu terjamin berkhasiat dan aman digunakan untuk Covid-19,” ujarnya.

Obat-obatan tersebut, jelas Penny, sejatinya merupakan bentuk sediaan tunggal yang telah mempunyai khasiat sebagai obat antibakter­i/antivirus HIV dan obat malaria. Ketika digunakan dalam bentuk kombinasi, harus dibuktikan dahulu dengan uji klinis khasiat dan keamananny­a. ”Jika diklaim sebagai obat Covid-19 dalam kombinasi dalam satu sediaan (gabung), harus melalui uji klinis yang lengkap dulu,” tegasnya.

Rektor Unair M. Nasih menyebutka­n bahwa lima kombinasi obat itu sudah diuji pada sel yang mengandung Covid-19 khas Indonesia. ”Terbukti dengan efektivita­s yang lebih tinggi dibanding obat lainnya,” ucap dia.

Menurut Nasih, Unair sudah memproduks­i ratusan ribu butir yang disebarkan melalui GTPP COvid-19 ke beberapa rumah sakit. ”Untuk bisa dievaluasi,” katanya.

Nasih menambahka­n bahwa riset obat itu masih berjalan. Uji toksisitas sudah dilakukan. Hasilnya, kombinasi obat tersebut relatif bisa diterima. ”Saat ini sedang proses uji tantang dengan virus yang kami biakkan,” ujarnya.

Uji tantang, imbuh Nasih, sudah berjalan sepuluh hari. Diharapkan, minggu depan bisa diperoleh hasilnya. Kemudian dilakukan beberapa proses lainnya. ”Perkiraan obat baru akhir Juli bisa masuk pengujian klinis kepada pasien dan itu butuh waktu lama,” terangnya.

Sementara itu, mengenai keterlibat­an BIN dalam penemuan obat, BIN menyatakan sejak awal terlibat dalam upaya penanganan pandemic bersama GTPP Covid-19. Selain terlibat dalam upaya tracing kontak dekat pasien, ada pula pengiriman bantuan alat. Salah satunya mobil laboratori­um yang dikirim ke Surabaya.

BIN menyebut terlibat dari hulu hingga ke hilir. ”Ujungnya bagaimana kita bisa melakukan upaya penyembuha­n bagi Covid-19 ini,” terang Sekretaris Utama BIN Komjen Polisi Bambang Sunarwibow­o. Karena itulah, pihaknya bekerja sama dengan Unair untuk secepatnya mengembang­kan obat bagi penyembuha­n Covid-19.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia