Hitamkan Wajah hingga Kucuran Dana
Kematian George Floyd kembali menyadarkan dunia bahwa rasisme nyata dan masih ada. Dukungan mengalir untuk kesetaraan, baik di dunia nyata maupun maya.
SOUHILA Ben Lachhab berubah. Separo wajahnya dan tubuhnya menghitam. Separo lagi tetap dengan kulit lamanya, putih. Penyanyi asal Aljazair itu ikut ambil bagian dalam aksi mendukung gerakan Black Lives Matter. Saat ini banyak artis, influencer, dan makeup artist (MUA) yang memilih aksi serupa dengan Lachhab. Mereka berdandan seperti orang kulit hitam. Sebagian lengkap dengan rambut keriting kecil yang menjadi ciri kebanyakan orang berkulit hitam.
”Hanya karena kami hitam di luar, bukan juga hitam di dalam. Orang rasislah yang sejatinya berhati hitam.” Demikian bunyi kalimat yang menyertai unggahan foto Lachhab di Instagram pribadinya.
Mayoritas penduduk dunia tentu saja lebih memilih turun langsung untuk menekan pemerintah setempat. Contohnya di Australia. Kemarin (13/6) ribuan orang turun ke jalan untuk memberikan dukungan dan solidaritas atas kematian George Floyd.
Pria kulit hitam berusia 42 tahun itu tewas 25 Mei lalu di Minnesota, AS, setelah lehernya ditekan kaki polisi yang menahannya. Si polisi, Derek Chauvin, berkulit putih. Massa berang karena Chauvin dan kawan-kawannya awalnya hanya dibebastugaskan tanpa jerat hukuman apa pun.
Aksi di Australia berjalan damai.
Massa membawa berbagai spanduk yang bertulisan antirasisme. Massa tidak peduli meski pemerintah mengingatkan peluang terjadinya penularan saat mereka turun ke jalan.
Hal serupa terjadi di Inggris. Kepolisian Metropolitan London, Inggris, membatasi waktu untuk turun ke jalan. Yaitu, maksimal pukul 17.00. Itu adalah bentuk antisipasi. Sebab, akhir pekan lalu demo serupa berbuntut kerusuhan. Dilansir BBC, puluhan orang ditahan dan 27 petugas kepolisian luka-luka saat itu.
”Kami meminta Anda untuk tidak datang ke London. Biarkan suara Anda didengar dengan cara yang lain,” ujar Komandan Kepolisian Metropolitan Bas Javid yang khawatir massa bakal menjadi sumber penularan Covid-19.
Dukungan berbeda diberikan berbagai perusahaan teknologi. Baik dari korporat maupun pribadi. Airbnb, misalnya. Mereka mengalokasikan USD 500 ribu atau setara Rp 7,1 miliar untuk National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) dan Black Lives Matter Foundation.
Google berencana memberikan USD 12 juta (Rp 170,3 miliar) untuk mendanai organisasi yang bergerak di bidang kesetaraan ras. Mereka juga mengalokasikan USD 25 juta (Rp 354,7) dalam bentuk dana hibah iklan bagi organisasi yang memerangi ketidakadilan ras. Hal serupa dilakukan YouTube, Amazon, Apple, Facebook, Microsoft, dan puluhan perusahaan lainnya. ”Perlakuan tidak adil dan brutal pada orang kulit hitam di negara kita harus dihentikan.” Demikian bunyi pernyataan Amazon.