Jawa Pos

Anggaran Besar, Rapid Test untuk Pelajar Harus Gratis

-

JAKARTA, Jawa Pos – Biaya rapid test yang mahal mulai dikeluhkan masyarakat. Terutama bagi santri yang hendak kembali ke pondok pesantren (ponpes). Komisi IX DPR pun meminta para pelajar dibebaskan dari biaya itu. Apalagi, pemerintah sudah menyiapkan anggaran yang sangat besar untuk penanganan wabah Covid-19.

Anggota Komisi IX DPR Anwar Hafid menyatakan, keluhan terkait biaya rapid test yang memberatka­n tersebut datang dari sejumlah orang tua santri yang anaknya hendak kembali ke ponpes. Sebelum naik pesawat, mereka diwajibkan mengikuti rapid test di bandara dan membayar biaya sekitar Rp 400 ribu. ”Saya tidak setuju kalau rapid test membebani masyarakat, terutama yang tidak mampu,” ucap dia kemarin (22/6).

Karena itu, Anwar meminta pemerintah membebaska­n biaya rapid test kepada masyarakat yang tidak mampu dan para pelajar. Termasuk di antaranya para santri yang hendak kembali ke ponpes. Menurut dia, sangat memberatka­n jika mereka harus membayar biaya kesehatan yang cukup mahal itu.

Legislator asal Sulawesi Tengah tersebut menuturkan, rapid test memang perlu dilakukan untuk menelusuri keberadaan virus. Masyarakat juga tidak perlu alergi dengan tes itu. ”Kita bersyukur kalau pemerintah menggelar rapid test. Sehingga masyarakat bisa mengikutin­ya tanpa mengeluark­an biaya,” ujar dia.

Tapi, lanjut Anwar, pemerintah tidak boleh membebani masyarakat. Provinsi Sulawesi Tengah bisa menjadi contoh dalam pelayanan tes. Di sana mahasiswa dan siswa sekolah mengikuti tes secara gratis. ”Seharusnya kebijakan seperti itu diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia. Jangan sampai santri yang mau balik ke pondok terbebani biaya rapid test,” tegasnya.

Irwan, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, mengatakan, anggaran penanganan Covid-19 mencapai Rp 695,2 miliar. Dengan anggaran sebesar itu, menurut dia, pemerintah bisa menggratis­kan rapid test dan swab test untuk masyarakat.

Sangat disayangka­n, lanjut Irwan, jika perjalanan masyarakat terhambat karena tidak membayar prosedur rapid test dan swab test. ”Selain itu, jangan sampai proses tersebut menjadi komersiali­sasi.”

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia