Bisa Saling Belajar

SELAIN untuk pemanasan dan mengasah feel kompetisi, home tournament ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain. Baik bagi yang junior maupun senior. Sebab, pasangan mereka diacak. M. Rian Ardianto, misalnya. Di turnamen resmi, dia berpasangan dengan Fajar Alfian. Namun, dalam home tournament besok, Rian bakal berpartner dengan juara dunia junior Daniel Marthin.

Rian menyebutkan, sebenarnya ini sama saja dengan turmanen biasa yang sering diadakan pelatih saat latihan. Tetapi, dia tetap ingin memberikan yang terbaik. ’’Yang pasti menyiapkan diri sendiri sebaik-baiknya. Lawannya memang teman sendiri. Tetap harus dipersiapkan,’’ ujarnya kemarin.

Bersama Daniel, dia merasakan tantangan tersendiri. Salah satunya, tentu dari segi chemistry. Meski mereka sering berlatih bersama, pasti pola komunikasi mereka di lapangan berbeda. ’’Harus lebih banyakin komunikasinya. Kalau (Daniel) salah jangan dimarahin, tapi dikasih tahu. Sebaliknya, dia ke saya juga begitu,’’ kata cowok kelahiran 13 Februari 1996 itu.

Rian sangat termotivasi mengikuti turnamen tersebut. Hadiahnya lumayan. Tetapi, bukan berarti dia menjadikan hal itu sebagai tujuan utama. ’’Main maksimal saja, tidak memasang target juara. Semua lawan samasama hebat. Mereka pemain yang bagus,’’ ucapnya.

Hal senada dikatakan sang pelatih, Herry IP. Dengan partner diacak, pemain junior dan senior mempunyai kesempatan untuk saling belajar. Hal itu dilakukan sebagai salah satu cara agar program regenerasi bisa terus berjalan.

’’Bagi pemain muda, mereka bisa menambah pengalaman, bagaimana penempatan bola dan lainnya. Mereka kan bermain dengan pemain level dunia, jadi bisa cepat belajar,’’ ungkap pria berjuluk Coach Naga Api tersebut.

Bagi pemain senior, itu bisa menjadi ajang untuk belajar mengatasi situasi di luar kendali mereka. ’’Mungkin kalau sama pemain junior, mereka lebih banyak salah atau error. Untuk itu, mereka harus belajar sabar dan cepat bisa mengatasi. Jadi, semua saling dapat sesuatu,’’ ujarnya.