Peserta UTBK-SBMPTN Dilarang Migrasi
Kendala Pandemi, Ada Gelombang Tambahan Pelaksanaan Tes
JAKARTA, Jawa Pos – Pandemi Covid-19 membuat Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) waswas terkait penyelenggaraan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK)-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020. Muncul usulan agar ada gelombang tambahan dalam pelaksanaan tes.
Sebagai informasi, UTBK-SBMPTN dijadwalkan pada 5–12 Juli 2020 di 85 PTN. Setidaknya, bakal ada 702.927 peserta yang mengikuti tes tersebut.
Ketua MRPTNI Jamal Wiwoho menuturkan, seluruh rektor terus berdiskusi mengenai kesiapan penyelenggaraan UTBK-SBMPTN 2020 dengan memperhatikan perkembangan Covid-19. Terlebih, di sejumlah daerah, kasus virus korona baru terus naik.
Bahkan, menurut Mendikbud, hanya 6 persen satuan pendidikan yang berada di zona hijau. Sisanya berada di zona merah, kuning, dan oranye. ”Karena itu, kami beberapa kali telah rapat untuk menentukan siap atau tidak. Ada yang siap, ada yang tidak. Tentu harus dicarikan solusinya,” jelas dia kemarin (22/6).
Ada kekhawatiran bahwa pelaksanaan ujian bakal disertai migrasi peserta dari satu daerah ke daerah lainnya. Menurut Jamal, hal itu memang kerap terjadi. Misalnya, siswa dari Jakarta yang ingin masuk ke Universitas Gadjah Mada (UGM) memilih lokasi tes yang dekat dengan kampus yang dituju. Padahal, dalam ketentuan SBMPTN jelas membolehkan untuk tes di daerah terdekat dari rumahnya. Tidak perlu berangkat ke lokasi PTN yang dituju.
”Pada praktiknya, banyak yang seperti itu. Ini kan pasti terjadi migrasi yang luar biasa, bisa terjadi antardaerah, bahkan antarpulau,” ungkap Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut. Kondisi itu bisa berdampak pada risiko penularan.
Dengan pertimbangan itu, akhirnya diputuskan sejumlah rekomendasi.
Intinya, UTBK-SBMPTN tetap dijalankan, tetapi tidak boleh ada migrasi.
PTN yang sudah siap diperkenankan untuk menyelenggarakan UTBK-SBMPTN dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebaliknya, bagi yang belum siap, akan diadakan gelombang berikutnya dengan cara UNBK (ujian nasional berbasis komputer). Ujian akan memanfaatkan sistem UNBK pada sekolah menengah.
Menurut Jamal, itu telah mendapat persetujuan dari Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terlebih, jejaring UNBK yang dimulai sejak 2013 sudah cukup kuat sehingga tinggal sedikit update dan upgrade.
Cara tersebut diambil juga untuk mengantisipasi peserta yang lokasi rumahnya tidak ada PTN yang menjadi pusat UTBK. Dia mencontohkan peserta yang berasal dari Tangerang. Peserta tersebut tak perlu datang ke Jakarta atau Bogor untuk mengikuti UTBK. Cukup datang ke sekolah di Tangerang yang dijadikan lokasi penyelenggaraan UTBK-SBMPTN. ”Ini alternatif supaya nggak ada migrasi tadi. Nanti malam (kemarin, Red) diputuskan. Tapi, kemungkinan besar mengarah ke sana,” papar Jamal.
Sebelum 5 Juli 2020, rencananya dilakukan registrasi ulang untuk calon peserta. Isinya mencakup registrasi nama, alamat rumah, dan ikut tes di mana. ”Intinya, bagaimana kita mencegah migrasi tersebut,” tegasnya.