Mitigasi Kawasan Jangkau Arena Game Online
SURABAYA, Jawa Pos – Mitigasi untuk mencegah persebaran Covid-19 di Surabaya dilakukan dengan memetakan kawasan yang menjadi klaster penularan. Pemkot tidak hanya menandai satu kawasan atau jalan dan gang dengan warna merah atau hijau. Tetapi, juga memetakan kondisi di sekitar kawasan tersebut.
Wakil Koordinator Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Surabaya M. Fikser menyebutkan, sudah ada evaluasi terkait dengan mitigasi atau pemetaan kondisi persebaran Covid-19 di Surabaya. Evaluasi itu dipimpin langsung oleh Wali Kota Tri Rismaharini.
”Ibu (Risma, Red) minta agar peta persebaran itu bisa dianalisis lebih dalam lagi. Misalnya, persebaran yang ada anak-anaknya. Apakah di sekitar situ ada warnet atau game online,” ujar Fikser kemarin (23/6).
Pemetaan tersebut diperlukan untuk bahan analisis potensi persebaran di kawasan itu
Bila ternyata ada persebaran di tempat game online misalnya, bisa jadi tempat tersebut akan ditutup.
Pemetaan itu juga akan didasarkan pada pekerjaan orang-orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pemetaan tersebut dapat mempermudah pelacakan kontak erat pasien. ”Misalnya, wiraswasta. Harus diperdalam wiraswasta di bidang apa dan di mana,” kata kepala dinas komunikasi dan informatika tersebut.
Pemetaan kawasan itu menjadi salah satu cara pemkot untuk mempermudah memagari persebaran Covid-19 di Surabaya. Dalam peta yang disematkan di laman lawancovid-19.surabaya. go.id itu juga disebutkan garisgaris merah dan hijau. Tanda merah menunjukkan di gang tersebut ada pasien terkonfirmasi. Garis hijau muda menunjukkan sebagai blocking kawasan itu. Camat dan lurah diminta untuk memastikan tidak ada persebaran di sekitar kawasan tersebut.
Penanganan lainnya terkait dengan Covid-19 juga disampaikan Wali Kota Risma saat menjadi pembicara dalam telekonferensi dengan gugus tugas penanganan Covid-19 nasional. Dalam diskusi bertajuk Zona Risiko Tinggi: Bagaimana Beradaptasi?, Risma mengupayakan berbagai cara agar tidak ada persebaran dengan membuat protokol.
Salah satunya membentuk
Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. Warga dilibatkan untuk ikut serta dalam pengawasan kampung tersebut. Warga juga bisa saling mengingatkan agar menggunakan masker misalnya. ”Pengawasannya ketat, terutama yang keluar-masuk kampung itu,” kata Risma.
Selain di kampong, juga ada pemetaan dan penanganan di pusat-pusat perekonomian. Mulai pasar, industri, transportasi, hingga pusat perbelanjaan. Semua dibuat tangguh. Yakni, pasar tangguh, industri tangguh, transportasi tangguh, dan mal tangguh. Bahkan, rumah ibadah juga mendapat gelar tangguh. Semua disertai dengan protokol kesehatan di masing-masing sektor tersebut.
”Di pasar misalnya, jual beli harus pakai nampan kecil seperti ini,” kata Risma sambil menunjukkan nampan kecil plastik. Biasanya, pembeli memberikan catatan barang belanjaan. Nampan kecil itu dipakai untuk menaruh uang penjual dan pembeli sehingga tidak sampai bersentuhan tangan.
Di pasar tersebut juga diatur agar tempat keluar dan masuk pedagang serta pembeli jadi searah. Tujuannya, tidak sampai ada kerumunan. ”Dibuat flow (alur) begitu,” kata Risma sambil memperagakan tangan yang meliuk-liuk membentuk huruf S. Di semua sektor tersebut, harus ada satgas yang menangani. Satgas itu dibentuk oleh masing-masing sektor tersebut.